Senin 04 Jan 2021 17:21 WIB

Tahu Tempe Masih Langka di Sejumlah Pasar Cianjur

Pasokan langka diduga dampak aksi mogok produsen tahu tempe akibat mahalnya kedelai

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pedagang membungkus tahu pesanan pembeli. Ilustrasi
Foto: Republika/Febryan. A
Pedagang membungkus tahu pesanan pembeli. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Tahu dan tempe masih langka di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kosongnya pasokan diduga masih buntut aksi mogok produsen akibat mahalnya harga bahan baku kacang kedelai.

Salah seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Induk Cianjur, Hasimin (52 tahun), mengatakan pasokan tahu tempe masih kosong hingga Senin (4/1).  

Baca Juga

''Pedagang tahu dan tempe tidak berjualan sejak 1 Januari 2021 karena produsen tahu dan tempe yang melakukan mogok,'' ujarnya, Senin.

Keterangan yang diperolehnya, aksi mogok ini dilakukan sampai 3 Januari 2021. Namun sampai 4 Januari 2020 ini ia juga belum dapat stok tahu dan tempe sehingga tidak jualan.

Dampaknya kata Hasimin, banyak pembeli yang terpaksa pulang karena para penjual yang memilih libur hingga para produsen tahu tempe kembali produksi. Mayoritas yang mencari tahu dan tempe adalah penjual gorengan, warung nasi, atau penjual makanan.

Pengrajin tahu di Cianjur, Adi Suardi (40) mengatakan, ia mulai kembali produksi tahu dengan menyesuaikan ukuran dan harga untuk tahu yang diproduksi. Sebab kenaikan harga bahan baku yang kini mencapai Rp 9 ribu per kilogram membuat pengrajin harus memutar otak agar tidak mengalami kerugian dan di sisi lain tidak memberatkan pembeli.

Adi menuturkan, sejak 1-3 Januari lalu perajin tahu tempe memang mogok dan sekarang masih mengumpulkan modal dan menyesuaikan ukuran tahu. Selain itu juga menyesuaikan harganya agar tidak terlalu mahal akan tetapi tetap ada keuntungan.

Ketua Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Cianjur Hugo, mengatakan tingginya harga kedelai membuat produsen sempat kebingungan. '' Jika dipaksakan produksi dengan ukuran dan harga yang sama, perajin akan merugi,'' kata dia.

Hugo menerangkan, biasanya pada kondisi normal harga kedelai hanya Rp 7.000 per kilogram hingga Rp 8.000 per kilogram. Akan tetapi sekarang sudah menyentuh Rp 9.000 per kilogram dan sangat memberatkan perajin tahu tempe.

Rencananya ungkap Hugo, untuk ukuran tahu dan tempe akan dikurangi dan harga juga akan dinaikan. Namun naiknya tidak akan signifikan yakni sekitar 20 persen dari harga normal dan ukuranya diperkecil.

Ke depan ungkap Hugo, para perajin berharap pemerintah bisa membuat kebijakan yang menjadi solusi bagi mereka. Di mana ada kebijakan yang membantu mengendalikan harga di pasaran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement