REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut mengajak media massa konvensional untuk mengambil peran dalam mengatasi hoaks atau disinformasi. Wenseslaus berharap media menjadi rumah penjernih (clearing house) dari hoaks yang beredar ramai di media sosial.
"Misal kita melirik tren media sosial, (hoaks) apa yang ramai diperbincangkan, apa yang diragukan, itu harus tersedia di media konvensional," ujar Wenseslaus dalam Webinar Ultah Republika ke-28 bertajuk 'Menguatkan Jurnalisme, Menguatkan Bangsa', Senin (4/1).
Ia mengatakan, media konvensional sebagai tempat orang mencari kepastian, harus memberi jawaban atau rujukan bagi masyarakat di media sosial. Khususnya, hoaks atau isu yang belum pasti kebenarannya.
"Media tempat orang mencari kepastian, menemukan suatu yang menjadi rujukan buat dia , harus ambil posisi itu," ujar Wen.
Karena itu, ia selama ini mengimbau teman-teman anggota AMSI maupun media massa konvensional untuk menjadi rumah penjernih isu hoaks. Sebab, berdasarkan pemantauannya, jika ada peristiwa besar, media massa tetap menjadi rujukan bagi masyarakat untuk mencari tahu kebenaran atau kepastian suatu informasi.
"Datanya naik, itu sebetulnya menjelaskan bahwa orang butuh yang lebih pasti soal informasi kalau ada masyarakat di situasi yang dimana perlu klarifikasi itu bagus buat kita, tren sperti itu, tinggal isinya kita itu seperti apa," katanya.
Ketua Forum Pemred Kemal A Gani mengatakan tidak memungkiri hoaks telah membanjiri masyarakat beberapa tahun terakhir. Bahkan, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, ungkap Kemal, ada 800 ribu situs penyebar hoaks di Indonesia.
Ia menilai, jurnalisme harus ikut berperan dalam mengatasi hoaks yang beredar selama ini di masyarakat. "Ini pekerjaan rumah kita bersama, semua masyarakat, lembaga, baik pemerintah, media lembaga-lembaga lain semua harus terlibat hentikan hoaks," ujarnya.
Ia menyebut, tidak ada solusi tunggal dalam menghilangkan hoaks di masyarakat. Karena itu, perlu beberapa pendekatan, pertama melalui media kredibel yang disiplin menjalani prinsip jurnalism tetap utama.
"Kita harus terus jalankan prinsip jurnalisme yang baik dan menggali kreatifitas, konten konten yang menarik agar kedipan kita dilirik, dan tiap media punya target market seperti apa," ujarnya.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kampanye bersama dan juga cek fakta kolaborasi media dalam melawan hoaks. Menurutnya, budaya ini sangat bagus untuk diteruskan.
"Begitu juga dukungan regulasi pemerintah pengawasan hoaks dibutuhkan, ini butuh upaya bersama," katanya.