Senin 04 Jan 2021 22:09 WIB

Harga Tempe di Depok Naik Jadi Rp 9.000 per Papan

Harga kedelai impor di tingkat pengrajin mengalami penyesuaian

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Gita Amanda
Pengerajin membuat tahu di Kelompok Industri Tahu dan Tempe Sentosa Adi, Gedongkiwo, Yogyakarta, Senin (4/1). Kenaikan harga kedelai dari Rp 7 ribu menjadi Rp 10 ribu per kilogram menjadi permasalahan pengerajin tahu. Saat ini pengerajin tetap membuat tahu dengan keuntungan sangat kecil atau bahkan cukup untuk berproduksi kembali.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pengerajin membuat tahu di Kelompok Industri Tahu dan Tempe Sentosa Adi, Gedongkiwo, Yogyakarta, Senin (4/1). Kenaikan harga kedelai dari Rp 7 ribu menjadi Rp 10 ribu per kilogram menjadi permasalahan pengerajin tahu. Saat ini pengerajin tetap membuat tahu dengan keuntungan sangat kecil atau bahkan cukup untuk berproduksi kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Berdasarkan hasil pantauan yang dilakukan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Depok di sejumlah pasar tradisional, saat ini pedagang tempe dan tahu mulai kembali berjualan. Namun harga tempe mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai Rp 9.000 per papan.

Kepala Bidang Perdagangan Disperdagin Kota Depok, Anim Mulyana mengatakan, harga tempe di Pasar Cisalak mengalami kenaikan dari Rp 7 ribu per papan menjadi Rp 9 ribu per papan atau naik Rp 2 ribu per papan. Sedangkan di Pasar Agung harga tahu semula Rp 3.500 per papan menjadi Rp5 ribu per papan.

Baca Juga

"Terdapat beberapa pasar juga yang menjual tempe dan tahu dengan harga normal. Namun, untuk mensiasatinya, para pedagang mengurangi ukurannya," ujar Anim di Balai Kota Depok, Senin (1/4).

Kepala Disperdagin Kota Depok, Zamrowi Hasan mengatakan, sesuai informasi dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), kenaikan harga kedelai disebabkan lonjakan permintaan kedelai dari China ke Amerika Serikat (AS) selaku eksportir. "Kalau harga kedelai naik beimbas pada biaya produksi juga naik," terangnya.

Menurut Zamrowi, harga kedelai impor di tingkat pengrajin mengalami penyesuaian dari Rp 9 ribu per kilogram (kg) pada November 2020. Kini menjadi Rp 9.300 per kg hingga Rp 9.500 per kg pada Desember 2020, atau naik sekitar 3,33-5,56 persen.

"Dari rilis Kemendag RI juga disebutkan stok kedelai di gudang importir sekitar 450 ribu ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan 2-3 bulan mendatang," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement