Selasa 05 Jan 2021 08:17 WIB

Polisi Jelaskan Sosok Petinggi Kelompok Teroris JI

Parawijayanto menyusun konsep bertahan hidup agar eksis dan tidak tertangkap.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ratna Puspita
Kadiv humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono (tengah) didampingi Karopenmas Brigjen Pol Rusdi Hartono (kiri) dan Kabagpenum Kombes Pol Ahmad Ramadhan menyampaikan keterangan terkait teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) di kantor Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/1/2021). Pada keterangan tersebut Kepolisian RI mengungkap kekuatan anggota muda JI dari Indonesia di Suriah berdasarkan keterangan dari pimpinannya yang sudah tertangkap Para Wijayanto pada 2019 silam.
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Kadiv humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono (tengah) didampingi Karopenmas Brigjen Pol Rusdi Hartono (kiri) dan Kabagpenum Kombes Pol Ahmad Ramadhan menyampaikan keterangan terkait teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) di kantor Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/1/2021). Pada keterangan tersebut Kepolisian RI mengungkap kekuatan anggota muda JI dari Indonesia di Suriah berdasarkan keterangan dari pimpinannya yang sudah tertangkap Para Wijayanto pada 2019 silam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono kembali bercerita mengenai kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI). Kali ini, ia menjelaskan sosok petinggi JI yang diberi gelar Amir, yaitu Parawijayanto alias alias abang, alias Aji Pangestu, alias Abu Askari alias Ahmad Fauzi Utomo. 

Menurutnya, yang bersangkutan merupakan Amir terlama, yakni selama satu dasawarwa lebih memimpin JI. Parawijayanto diangkat menjadi Amir menggantikan posisi Zarkasih, alias Sahroni alias mbah yang ditangkap tim Densus 88 Polri pada medio 2015.

Baca Juga

“(Parawijayanto) pemimpin tertinggi JI 2008-2019. Sebelum menjadi Amir, PW memegang jabatan Qoid Waqalah. PW memiliki territorial di Jawa Tengah dan mengelola personel JI di Jawa Tengah," kata Argo dalam jumpa pers di Bareskrim, Senin (4/1). 

Argo menjelaskan, saat memegang tabuk kepemimpinan JI, Parawijayanto berfokus membangun organisasi dengan kegiatan dari dakwah ke dakwah, serta merekrut anggota baru. Ia juga membuat terobosan baru yang disebut 'tastos', yaitu sebuah konsep buat bertahan hidup agar tetap eksis dan tidak tertangkap oleh pihak kepolisian. 

“Tastos yang dibagun berisi SOP untuk menjaga keamanan dan pertahanan agar tidak tertangkap dan melaksanakan survive,” Argo menambahkan.

Di bawah kepemimpinan Parwijayanto, JI mengubah sasaran aksi, yaitu ke Suriah, Yordania dan Palestina. Kemudian, JI juga ingin memiliki kontribusi dan bergabung dengan organisasi teroris di Timur Tengah.

Karena itu, ia mengatakan, anggota JI yang diberangkatkan ke ini berbekal ilmu bela diri dan ketangkasan setara atlet. Mereka yang diberangkatkan berasal dari generasi muda yang mempunyai kadar intelegensi dan fisik mumpuni. 

“(Mereka) yang dikirim ke Suriah Itu memiliki paket lengkap. Paket lengkap yakni memiliki kemampuan bela diri, ahli IT, keahlian medis, ahli bahasa, ahli manajemen untuk mengurus logistik dan bagaimana pergeseran anggota di sana, baik transportasi, dan tempat tinggal,” kata Argo.

Alhasil, ia mengatakan, kualitas kader muda JI ini diakui oleh teroris di Suriah. Bahkan, sebagian sampai menjadi pelatih untuk kelompok teroris besar, seperti fraksi jihad ISIS, Tahrir Al-Syam, dan Jabah Nusrah.

Sebelum diberangkatkan, mereka juga diharuskan meninggalkan surat wasiat. Sepanjang 2013-2018, sudah ada tujuh angkatan dari kader santri muda ini yang dididik dan diberangkatkan untuk menjadi teroris. 

“Surat wasiat dipegang Amir. Seandainya mati akan ditunjukkan ke keluarganya. JI akan memberikan santunan ke keluarga anggota muda yang mati syahid di sana," kata Argo. 

BACA JUGA: Ternyata, Masih Banyak Warga di Kota Surabaya Tinggal di Kolong Jalan Tol

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement