Selasa 05 Jan 2021 13:22 WIB

Akibat Pandemi, Kontraksi Laba Bank Diperkirakan Berlanjut

Sejumlah bank mulai melakukan kalibrasi bisnis ke segmen UMKM dan konsumer.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan laba bersih perbankan telah terpangkas 29,16 persen menjadi Rp 92,64 triliun per Oktober 2020. Jika dibandingkan dua bulan sebelumnya yakni September dan Agustus 2020 masing-masing terpangkas 27,6 persen dan 18,26 persen.
Foto: Republika/ Wihdan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan laba bersih perbankan telah terpangkas 29,16 persen menjadi Rp 92,64 triliun per Oktober 2020. Jika dibandingkan dua bulan sebelumnya yakni September dan Agustus 2020 masing-masing terpangkas 27,6 persen dan 18,26 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan laba bersih perbankan telah terpangkas 29,16 persen menjadi Rp 92,64 triliun per Oktober 2020. Jika dibandingkan dua bulan sebelumnya yakni September dan Agustus 2020 masing-masing terpangkas 27,6 persen dan 18,26 persen.

Bahkan OJK sebelumnya memperkirakan penurunan laba pada 2020 mencapai 30 persen hingga 35 persen. Namun penurunan tren pendapatan bunga bersih perbankan masih tergolong moderat yakni minus 2,42 persen menjadi Rp 313,35 triliun.

Baca Juga

Menurut Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan pemangkasan laba lebih mendalam dan berlanjut pada akhir 2020.

“Beberapa bank sudah mulai dapat melakukan kalibrasi bisnisnya dengan mengarah pada segmen UMKM dan konsumer yang memiliki margin tinggi,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (5/1).

Namun, dia mengatakan pendapatan dari segmen korporasi sangat tertekan dan belum dapat mengkompensasi pendapatan bunga secara keseluruhan. Dari luar itu, Hans menjelaskan upaya peningkatan pencadangan perbankan pun masih berlanjut.

"Pencadangan ini justru yang sangat perlu diperhatikan karena ini sangat bergantung pada persepsi masing-masing bank dan perbankan memang lebih cenderung wait and see dengan meningkatkan pencadangannya," ucapnya.

Ke depan Hans memperkirakan tren percetakan laba tahun depan pun akan menantang. Hanya saja, pemulihan ekonomi sekaligus distribusi vaksin harus terealisasi secara optimal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement