Rabu 06 Jan 2021 01:15 WIB

Produsen Tahu Tempe di Serang Mulai Produksi Kembali

Produsen tahu tempe terpaksa menaikkan harga jual demi menutup biaya produksi

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Perajin membuat tempe sentra produksi Konperasi Tahu Tempe di Pejaten, Serang, Banten, Selasa (5/1/2021). Untuk menyiasati kenaikan harga kedelai dari Rp.860 ribu menjadi Rp.930 ribu perkwintal perajin tahu dan tempe memperkecil ukuran produk mereka dengan harga jual tetap sedang perajin lainya menaikkan harga jual dengan ukuran produk tetap sama.
Foto: ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA
Perajin membuat tempe sentra produksi Konperasi Tahu Tempe di Pejaten, Serang, Banten, Selasa (5/1/2021). Untuk menyiasati kenaikan harga kedelai dari Rp.860 ribu menjadi Rp.930 ribu perkwintal perajin tahu dan tempe memperkecil ukuran produk mereka dengan harga jual tetap sedang perajin lainya menaikkan harga jual dengan ukuran produk tetap sama.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG - Produsen tahu dan tempe di Desa Pejaten, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten kini kembali beroperasi. Mereka berproduksi lagi setelah mogok sejak Jumat (1/1) sampai Ahad (3/1) akibat dampak dari kenaikan harga kedelai impor di Pasar.

"Ya, kemarin memang kita sempat mogok selama tiga hari secara serentak. Tapi sekarang sudah kembali normal lagi," kata Nasrulah, pemilik pabrik tahu di Kramatwatu, Kabupaten Serang, Selasa.

Baca Juga

Di hari pertama beroperasi, pabrik Nasrulah masih berproduksi dalam jumlah normal meskipun harga kacang kedelai belum ada penurunan. Namun untuk menyiasati harga tersebut dirinya terpaksa menaikkan harga tahu-tempe yang diproduksinya.

"Kalau saya dua kuintal atau 200 kilogram kedelai, jadinya tergantung tahu. Macam-macam tidak semua hasilnya segitu, sesuai ukuran tahu kalau besar jadinya sedikit," katanya.

Ia mengungkapkan jika harga produknya tidak dinaikkan dipastikan akan mengalami kerugian meskipun para konsumen di pasar akan keberatan dengan kenaikan harga itu. "Kalau di pasar sama aja yang kecil yang besar juga, harga kita naikkan. Karena kita menyesuaikan sama harga kedelai," kata dia.

Nasrulah berharap harga kedelai segera stabil agar penjual tahu dan tempe yang ada di Kabupaten Serang kembali normal. "Kalau saya berharap sama yang penting ada barangnya, usahanya laku di pasaran. Kalau minta mah pengennya murah semuanya," ungkapnya.

Nasrulah menjual hasil produksinya ke wilayah pasar Cilegon dan Merak dengan harga kisaran Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per bungkus. Jika lebih dari harga tersebut, Nasrulah merasa keberatan. "Ini harga sudah disesuaikan dengan harga kacang yang asalnya Rp 5.000 sekarang naik jadi Rp 7.000 sampai Rp8.000," ungkap dia.

Selain itu, pandemi Covid-19 juga berpengaruh terhadap penjualan tahu di pasaran. Sebab banyak orang yang enggan pergi ke pasar karena adanya larangan berkerumun.

"Dari segi pemasaran ada pengaruh pandemi, di pasar juga kebanyakan berkurang tidak boleh berkerumun. Orang yang belanja sekarang jadi menurun, warung pelanggan juga sepi," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement