Selasa 05 Jan 2021 18:28 WIB

Produksi Gula 2020 Capai 2,13 Juta Ton

Produksi gula nasional turun dari 2,22 juta ton pada 2019 karena faktor cuaca.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, mengatakan, produksi gula tahun 2020 tercatat mencapai 2,13 juta ton. Capaian produksi itu mengalami penurunan dari posisi 2019 yang tercatat sebanyak 2,22 juta ton.
Foto: WAHDI SEPTIAWAN/ANTARA
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, mengatakan, produksi gula tahun 2020 tercatat mencapai 2,13 juta ton. Capaian produksi itu mengalami penurunan dari posisi 2019 yang tercatat sebanyak 2,22 juta ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, mengatakan, produksi gula tahun 2020 tercatat mencapai 2,13 juta ton. Capaian produksi itu mengalami penurunan dari posisi 2019 yang tercatat sebanyak 2,22 juta ton.

Kasdi mengatakan, salah satu faktor turunnya produksi dipengaruhi oleh cuaca. Kendati demikian, Kementan tetap fokus untuk menggenjot produksi tebu dalam negeri dengan langkah eksetensifikasi dan intensifikasi lahan perkebunan.

"Produksi kita 2,13 juta ton itu memang turun karena faktor cuaca," kata Kasdi kepada Republika.co.id, Selasa (5/1).

Kasdi menjelaskan, swasembada gula dikejar melalui upaya rawat raton seluas 75 ribu hektare dan bongkar raton 250 ribu hektare. Selain itu, juga dilakukan penambahan areal perkebunan tebu 50 ribu hektare.

Menurut Kasdi, dari hitungan luasan tersebut, bisa dihasilkan sekitar 676 tambahan produksi gula dalam negeri tentunya dengan dukungan investasi pabrik gula. Jumlah itu cukup untuk menutupi kekurangan pasokan gula konsumsi nasional saat ini.

Sebab, rata-rata produksi gula tebu untuk konsumsi rumah tangga baru berkisar 2,2 juta ton sementara rerata kebutuhan mencapai 2,8 juta ton.

 

Dalam kesempatan berbeda, Kemeterian Perdagangan mengungkapkan, harga gula dalam negeri diketahui lebih mahal 28,1 persen dari rata-rata harga pasar global. Sejumlah faktor menjadi pemicu tingginya harga gula yang harus ditanggung oleh konsumen.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَوْلَا نُزِّلَتْ سُوْرَةٌ ۚفَاِذَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ مُّحْكَمَةٌ وَّذُكِرَ فِيْهَا الْقِتَالُ ۙرَاَيْتَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ يَّنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِۗ فَاَوْلٰى لَهُمْۚ
Dan orang-orang yang beriman berkata, “Mengapa tidak ada suatu surah (tentang perintah jihad) yang diturunkan?” Maka apabila ada suatu surah diturunkan yang jelas maksudnya dan di dalamnya tersebut (perintah) perang, engkau melihat orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit akan memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati. Tetapi itu lebih pantas bagi mereka.

(QS. Muhammad ayat 20)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement