REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan karantina wilayah nasional baru di Inggris akan dimulai pada Selasa (5/1) hingga sekitar pertengahan Februari untuk membendung lonjakan kasus Covid-19 di negara itu.
Dalam pidato nasional keempat Johnson sejak pandemi dimulai, dia mengatakan varian mutasi baru Covid-19 sangat mengkhawatirkan karena jenis virus itu 50-70 persen lebih mudah menular. Rumah sakit berada di bawah tekanan kuar dan kematian naik 20 persen selama seminggu terakhir.
Johnson kemudian mengumumkan karantina wilayah nasional ketiga di Inggris dan meminta warga untuk tinggal di rumah.
Ada pengecualian terbatas dari karantina wilayah tersebut, yaitu untuk bekerja bagi yang tidak bisa bekerja dari rumah, berbelanja makanan dan obat-obatan, berolahraga, memberikan perawatan kepada orang yang rentan atau menghadiri pertemuan medis.
Semua sekolah dasar dan menengah serta perguruan tinggi akan beralih ke pembelajaran jarak jauh hingga semester pertama pada pertengahan Februari.
Dia mengatakan bahwa sekolah bukan tempat yang tidak aman dan anak-anak berisiko kecil menderita sakit parah akibat Covid-19, tetapi sekolah bisa bertindak sebagai vektor penularan yang menyebabkan virus menyebar antar keluarga.
Johnson mengumumkan bahwa dia menargetkan karantina wilayah berakhir pada pertengahan Februari.
Pada saat itu, pemerintah diperkirakan sudah bisa memberikan vaksin kepada kelompok yang paling rentan secara klinis di masyarakat serta petugas kesehatan. Ini akan memungkinkan pemerintah untuk terus mendorong negara keluar dari karantina wilayah.
Perdana Menteri mengatakan dia tahu bahwa warga mengetahui lebih dari cukup pedoman pemerintah tentang cara mengalahkan virus ini, tetapi semua pihak tetap harus bekerja sama.