REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Selasa mengatakan Julian Assange bebas kembali ke rumahnya di Australia setelah ia selesai menghadapi seluruh gugatan hukumnya. Pernyataan itu disampaikan oleh Morrison setelah pengadilan di Inggris menolak permintaan ekstradisi Assange, pendiri WikiLeaks, yang diajukan oleh Amerika Serikat.
Hakim di Inggris pada Senin (4/1) menolak permintaan ekstradisi AS, meskipun Assange menghadapi kasus hukum di negara tersebut, di antaranya pelanggaran undang-undang spionase. Hakim beralasan ekstradisi ke AS tidak dapat dilakukan karena Assange memiliki masalah kesehatan mental. Assange diyakini memiliki keinginan bunuh diri.
Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengatakan pihaknya akan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi di London. “Sistem hukum saat ini telah bekerja dan kami bukan bagian dari itu. Dan sebagaimana warga Australia lainnya, mereka dapat meminta bantuan kekonsuleran, dan jika kasus hukum mereka selesai, ia dapat kembali ke Australia seperti warga negara Australia lainnya,” kata Morrison saat diwawancarai oleh stasiun radio lokal, 2GB.
“Jadi, ya, proses hukum itu selang berlangsung sebagaimana diatur dalam sistem peradilan Inggris,” kata Morrison.
Assange, (49 tahun), menghadapi 18 tuntutan hukum di AS selama pemerintahan eks presiden Barack Obama, khususnya terkait publikasi WikiLeaks terhadap beberapa dokumen militer rahasia dan isi percakapan via telepon para diplomat AS. Menurut Pemerintah AS, publikasi itu membahayakan nyawa warga AS.
Namun, para pendukung Assange menyebut ia sebagai pahlawan anti kemapanan yang menjadi korban karena membocorkan kesalahan AS di Afghanistan dan Irak. Barisan pendukung Assange menyebut kasus hukum itu serangan terhadap jurnalisme dan kebebasan berpendapat yang didorong alasan politik.
WikiLeaks sempat menarik banyak perhatian publik setelah laman itu pada 2010 menyiarkan rekaman video militer AS. Video itu memperlihatkan serangan militer yang dilakukan AS di Baghdad, Irak, pada 2007. Aksi militer itu menyebabkan belasan orang tewas, termasuk di antaranya dua staf pemberitaan Reuters. WikiLeaks juga menyiarkan ribuan dokumen rahasia dan isi percakapan via telepon para diplomat.
Pemerintah Meksiko pada Senin menawarkan tempat bagi Assange untuk mengasingkan diri. Tawaran itu diyakini dapat membuat AS geram.