REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama kerap menyebutkan Alquran datang dengan kalimat yang ringkas namun membawa unsur-unsur gaya (uslub) bahasa yang padat makna. Keragaman makna Alquran pun memunculkan pertanyaan, bagaimana bisa itu terjadi?
Dalam buku Tema Kontroversial Ulumul Quran karya Nur Faizin dijelaskan, multimakna teks Alquran muncul dari berbagai latar belakang. Pertama, akibat tidak adanya nash (kepastian) atau ijma (konsesus) ulama yang dapat membatasi teks-teks yang memiliki potensi makna beragam.
Dalam hal ini Imam Izzuddin bin Abdissalam berkata: “Jika Allah SWT menghendaki satu makna saja yang dipakai, nisacaya Allah akan menerangkannya dengan suatu dalil yang membatasi makna tersebut,”.
Kedua, yakni adanya ayat-ayat Alquran yang diturunkan Allah berkaitan dengan berbagai sebab dan dalam konteks yang berbeda-beda. Ketiga, keterangan Rasulullah SAW atau penafisran beliau terhadap suatu ayat Alquran yang berbeda mengandung arti lebih dari satu.
Keempat, turunnya sebuah ayat lebih dari satu kali dikarenakan sebab-sebab yang berbeda. Sehingga hal itu mengundang penafsiran makna yang berbeda pula. Ini merupakan pendapat dari Imam As-Suyuthi dan Imam Ibnu Taimiyah.
Kelima, membuang sebagian makna atau mengabaikan sebuah kalimat yang terkandung dalam teks Alquran adalah tindakan yang tidak benar dalam menafsirkan Alquran. Sementara menggunakan kalimat tersebut dalam usaha memahami, maka sebuah teks Alquran adalah sikap yang lebih selamat.
Ketujuh, klaim sebuah hadis atau atsar yang menyatakan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui secara pasti bahwa suatu teks Alquran hanya terbatas pada satu makna tertentu.