REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran melakukan latihan besar yang menunjukkan beragam drone produksi dalam negerinya, Selasa (5/1). Latihan ini dilakukan setelah peringatan atas tewasnya Jenderal Iran Qasem Soleimani oleh serangan drone di Irak.
Iran dan pasukan regional yang mendukungnya semakin mengandalkan drone di Yaman, Suriah, Irak, dan Selat Hormuz di mulut Teluk dalam beberapa tahun terakhir. Angkatan bersenjata Iran akan menguji drone tempur yang digunakan sebagai pengebom, pencegat, dan misi pengintaian dalam latihan dua hari di Provinsi Semnan tengah.
Dilansir Al Arabiya pada Selasa (5/1), pesawat tak berawak Iran juga dapat menjatuhkan amunisi dan juga melakukan penerbangan "kamikaze" atau menabrakkan diri yang diisi dengan bahan peledak lalu diterbangkan ke sasaran. Iran telah mengembangkan industri senjata dalam negeri yang besar dalam menghadapi sanksi internasional dan embargo yang melarangnya mengimpor banyak senjata.
Analis militer Barat mengatakan Iran sering membesar-besarkan kemampuan senjatanya, meskipun kekhawatiran tentang program rudal balistik jarak jauh berkontribusi pada Washington meninggalkan pakta nuklir 2015 Teheran dengan kekuatan dunia.
Latihan itu bertepatan dengan meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS, dua hari setelah peringatan pertama pembunuhan jenderal Iran Qasem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak AS di bandara Baghdad dan dua pekan sebelum Presiden terpilih Joe Biden menjabat. Biden bertujuan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir, meskipun diplomasi diperkirakan akan rumit.
Pada Senin pasukan Iran menyita sebuah kapal tanker Korea Selatan di Teluk dan Teheran juga mengumumkan rencana untuk meningkatkan pengayaan uranium.