REPUBLIKA.CO.ID, AL-ULA -- Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengumumkan negara itu menandatangani perjanjian rekonsiliasi dengan Qatar di KTT ke-41 Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), Selasa (5/1). Langkah ini menjadi upaya rekonsiliasi untuk menghadapi tantangan regional.
Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan keputusan ini berangkat dari langkah rekonsiliasi dengan Qatar, bersama Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain. "Menghargai setiap upaya tulus yang dilakukan untuk mencapai rekonsiliasi antara negara-negara kuartet Arab [Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain] dan Qatar," ujar Kementerian itu.
Shoukry menyatakan perjanjian tersebut akan mengonsolidasikan tindakan Arab dalam menghadapi tantangan regional. Dia pun memuji upaya rekonsiliasi antara kuartet Arab dan Qatar, terutama dukungan oleh Kuwait.
Sebelum pengumuman resmi kembalinya hubungan kuartet tersebut, Menteri Luar Negeri Kuwait, Ahmad Nasser al-Sabah, mengumumkan Arab Saudi membuka kembali perbatasan darat dan laut untuk Qatar. Kuwait menjadi negara yang telah memediasi perbaikan hubungan negara-negara tersebut.
Selain Kuwait, Amerika Serikat pun memiliki peranan besar dalam rekonsiliasi hubungan itu. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan AS menyambut baik apa yang disebutnya sebagai terobosan untuk memulihkan persatuan Teluk dan Arab.
"Kami berharap negara-negara Teluk akan terus mendamaikan perbedaan mereka. Memulihkan hubungan diplomatik penuh sangat penting bagi semua pihak di kawasan ini untuk bersatu melawan ancaman bersama," ujar Pompeo.
Selain itu, keempat negara itu pun adalah sekutu AS. Qatar menjadi tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di kawasan itu, Bahrain adalah rumah bagi Armada Kelima Angkatan Laut AS, dan Arab Saudi serta UEA menampung pasukan AS.