REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel akan memperketat karantina nasional yang sedang berlangsung untuk mengekang peningkatan tajam dalam kasus Covid-19 baru. Keputusan ini akan berlaku tengah malam antara Kamis dan Jumat (7-8/1).
Pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Selasa (5/1) mengatakan karantina lebih ketat akan berlaku selama dua pekan. Langkah ini menjadi satu upaya terakhir karena negara itu terus maju dengan peluncuran vaksin yang cepat.
Kantor Netanyahu menyatakan daftar langkah-langkah karantina yang diperketat dan terperinci akan disajikan kepada pemerintah untuk persetujuan akhir pada hari berikutnya. "Saya menyerukan kepada semua warga Israel, mari kita lakukan satu upaya terakhir bersama-sama," katanya.
Israel memimpin dunia dalam vaksinasi Covid-19 dengan menginokulasi hampir 15 persen dari 9,3 juta populasinya. Para pejabat berharap Israel dapat keluar dari pandemi pada awal Februari jika program tersebut mempertahankan kecepatannya.
Namun, kasus baru telah meroket sejak vaksinasi diluncurkan pada 19 Desember 2020. Penghitungan harian lebih dari 8.300 pada Selasa, tertinggi dalam beberapa bulan. Karatina wilayah yang sedang berlangsung adalah yang ketiga di Israel sejak dimulainya pandemi dan diberlakukan pada 27 Desember.
"Beginilah kita akan menjadi yang pertama di dunia yang keluar dari virus corona, begitulah cara kita membuka perekonomian kita,” ujar Netanyahu.
Bahkan sebelum pengetatan yang direncanakan, warga Israel diharuskan untuk tinggal di rumah. Banyak toko telah ditutup dan transportasi umum dibatasi. Kemarahan publik telah meningkat atas penanganan krisis yang dianggap tidak konsisten oleh pemerintah. Israel akan mengadakan pemilu pada 23 Maret, yang keempat dalam dua tahun, setelah pertikaian terus-menerus dalam koalisi Netanyahu.