REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Patty Jenkins, sutradara dari film superhero DC Wonder Woman mengungkapkan bahwa sempat terdapat perselisihan antara dirinya dengan para eksekutif Warner Bros. Ia mengatakan bahwa masalah terjadi karena adanya ketidakpercayaan mengenai sejumlah skrip.
Dalam podcast bersama Marc Maron, Jenkins yang mempromosikan sekuel Wonder Woman ‘WW84’ yang rilis pada akhir 2020 lalu, mengungkapkan bahwa banyak petinggi Warner Bros yang kurang tertarik pada idenya. Ia menuturkan bahwa sejumlah eksekutif di studio tersebut menginginkan dirinya menjadi sutradara, namun dengan film yang berasal dari cerita dan visi mereka, bahkan tidak ingin membaca naskah yang telah disiapkan.
“Ada ketidakpercayaan terhadap cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu dan sudut pandang yang berbeda,” ujar Jenkins dalam podcast tersebut, seperti dilansir The New York Post, Rabu (6/1).
Bahkan, ketika Jenkins pertama kali bergabung dalam proyek film Wonder Woman, ia mengatakan ingin mengubah dari sudut pandang perempuan. Sutradara berusia 49 tahun ini mengatakan bahwa para eksekutif Warner Bros mungkin khawatir bahwa proyek tidak dapat dijalankan.
“Mereka khawatir dengan semua film superhero perempuan yang gagal. Hingga setahun kemudian kembali pada saya dan menawarkan apa saya ingin melakukannya dengan cara saya,” jelas Jenkins.
Dari sana, Jenkins pun memulai proyek film Wonder Woman yang pertama, hingga saat ini telah mencapai sekuel. Warner Bros pertama kali mendekati Jenkins pada 2007 untuk menjadi sutradari dari film superhero ini.
Namun, saat itu Jenkins menolak karena sedang dalam kondisi hamil. Ia kembali pada 2011, namun karena perbedaan pendapat, Michelle MacLaren mengisi kursi sutradara.
Hingga kemudian eksekutif studio memutuskan untuk mendaftarkan kembali Jenkins dan memberinya kontrol penuh atas Wonder Woman. Setelah menyutradarai Wonder Woman dan sekuelnya "WW84," Jenkins dijadwalkan untuk kembali mengarahkan "Wonder Woman 3" yang segera memulai proses produksi.