REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyatakan penggunaan True Shallot Seed (TSS) mampu meningkatkan produksi dan mutu benih bawang merah. Kepala BPPSDMP Dedy Nursyamsi menyatakan pembudidaya bawang merah di Indonesia masih menggunakan umbi sebagai sumber benih karena dianggap lebih mudah dipraktekkan.
"Padahal salah satu unsur yang memakan banyak biaya dalam budi daya bawang merah yaitu pengadaan umbi sebagai sumber benih," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut, tambahnya, dikarenakan sifat umbi yang memiliki masa simpan terbatas, biaya distribusi tinggi, dan jumlah yang banyak. Terkait hal tersebut, Tim Peneliti Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang (Polbangtan YoMa) melakukan penelitian mengenai penggunaan TSS sebagai alternatif sumber benih budi daya bawang merah.
Penelitian Polbangtan YoMa, lembaga pendidikan di bawah BPPSDMP Kementan, mendapati penggunaan TSS sebagai sumber benih budi daya bawang merah mampu untuk meningkatkan hasil produksi dan mutu bawang merah di lahan terbatas. “Penelitian ini dapat manfaatkan untuk meningkatkan produksi dan mutu bawang merah di lahan terbatas dengan perlakuan jumlah TSS per lubang tanam dan umur bibit semai TSS,” jelas Agus Wartapa anggota tim peneliti Polbangtan YoMa.
Hasil penelitian yang diberi judul “Pengaruh Jumlah dan Umur Benih Bawang Merah True Shallot Seed (TSS) terhadap Hasil dan Mutu Benih” telah dipaparkan dalam forum Seminar Hasil Penelitian 2020 yang diselenggarakan oleh Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) beberapa waktu lalu.
Ketua UPPM Polbangtan YoMa Sukadi menegaskan hasil penelitian tersebut akan dijadikan sebagai bahan referensi mata kuliah dan kegiatan praktikum. Selain itu penelitian yang dihasilkan oleh peneliti Polbangtan YoMa diharapkan dapat ditindaklanjuti dan diaplikasikan ke petani melalui program pengabdian kepada masyarakat.