Rabu 06 Jan 2021 17:43 WIB

Jerman Dulu Anti-Yahudi Kini Berganti Islamofobia?

Jerman dulu dikenal anti-Yahudi namun kini berganti jadi Islamofobia

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Jerman dulu dikenal anti-Yahudi namun kini berganti jadi Islamofobia. Kelompok Pegida yang dikenal anti-Islam.
Foto: Telegraph
Jerman dulu dikenal anti-Yahudi namun kini berganti jadi Islamofobia. Kelompok Pegida yang dikenal anti-Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam sejarahnya awalnya jerman anti-Semit atau anti Yahudi pada perang dunia pertama dan kedua. Namun, sekarang ini di Jerman sudah ada pergeseran ke arah anti-Islam atau Islamofobia.  

“Sejarahnya adalah awalnya anti semit atau anti Yahudi dan tidak Islamofobia. Nah, sekarang sudah berubah dan bergeser ke arah Islamofobia,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika.  

Baca Juga

Pernyataan tersebut disampaikan dalam pengajian bulanan PP Muhammadiyah bertema “Islam dan Islamofobia di Eropa”, Jumat (11/9/2020).

Karena itu, menurut dia, faktor munculnya Islamofobia di Eropa sebenarnya bukan terletak pada Islam ataupun Yahudinya, tapi karena keduanya memang dianggap berbeda bagi masyarakat Eropa. 

“Jadi, mungkin sebenarnya core-nya itu bukan terhadap Islam atau terhadap Yahudi, tapi lebih kepada our different. Jadi, kamu berbeda sehingga menjadi masalah buat kita,” ucapnya. 

Apalagi, menurut dia, sikap anti terhadap kelompok tidak hanya terhadap pada umat Islam saja, tapi di Eropa juga ada Afrofobia, yang melahirkan sikap diskriminasi terhadap orang-orang Afrika yang tinggal di Eropa. 

“Itu nyata dan ada survei yang jelas. Jadi, memang sifat rasis, diskriminatif, itu ada di kalangan tertetu,” kata Arif.

Karena itu, menurut dia, tidak mudah untuk meminimalisir sikap-sikap negatif seperti itu di Eropa. Menurut dia, sebuah pengajian atau diskusi singkat tidak akan bisa memberikan suatu pemikiran yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan Islamofobia di Eropa.

“Tapi menurut saya, diskusi ini setidaknya bisa menjadi suatu kick off gagasan, khususnya bagi Muhamamdiyah untuk memikirkan apa yang bisa dilakukan kedepannya,” jelasnya.

Dia menambahkan, di tingkat pemerintahan di Eropa memang sudah ada suatu pemahaman yang positif tentang Islamofobia. Namun, menurut dia, di akar rumput isu Islamofobia ini masih kerap digunakan sebagai isu politik.

“Jadi, ini isu kompleks yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Tapi menurut saya, Muhammadiyah sebagai organisasi Muslim terbesar bahkan bisa dikatakan salah satu yang terbesar di dunia, itu juga bisa memberikan pemikiran-pemikiran untuk bisa diterapkan di sini, (Eropa),” ujar dia. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement