REPUBLIKA.CO.ID, TIGRAY -- Pemerintah Ethiopia berjanji akan memperbaiki masjid berusia ratusan tahun yang rusak akibat konflik di wilayah Tigray utara. Masjid Al-Nejashi dilaporkan dilucuti, bagian kubah, menara dan makam tokoh-tokoh Islam yang ada di sekitar masjid juga mengalami kerusakan.
Dilansir di BBC, Rabu (6/1), penduduk setempat percaya Masjid Al-Nejashi dibangun oleh Muslim pertama yang bermigrasi ke Afrika pada masa Nabi Muhammad SAW. Mereka melarikan diri dari penganiayaan di Makkah oleh Kaum Quraisy hingga akhirnya diberi perlindungan di tempat yang saat itu bernama Kerajaan Aksum.
Umat Muslim setempat juga percaya 15 murid Nabi Muhammad SAW dimakamkan di kuburan yang saat ini telah rusak akibat konflik. Beberapa sumber juga percaya masjid itu adalah yang tertua di Afrika, meski yang lain percaya gelar itu milik masjid lain di Mesir.
Sebelumnya, sebuah badan bantuan Turki pernah meluncurkan proyek pada 2015 untuk merenovasi masjid. Mereka mengatakan ingin melestarikan warisan monumen tersebut dan ingin menjadikannya tujuan utama untuk wisata religi. Masjid dan gereja dilaporkan rusak selama operasi militer yang berlangsung sebulan dan menyebabkan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) digulingkan dari kekuasaan di wilayah itu pada 28 November.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Masjid Al-Nejashi?
Sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Belgia melaporkan pada 18 Desember lalu bahwa Masjid al-Nejashi pertama kali dibom dan kemudian dijarah oleh pasukan Ethiopia dan Eritrea. Sumber dari orang-orang Tigray mengatakan banyak korban tewas saat mencoba melindungi masjid.
Pemerintah Ethiopia dan Eritrea menyangkal pasukan Eritrea berada di Tigray untuk membantu perang melawan TPLF. Pada Senin (4/1), televisi pemerintah Ethiopia menyebut banyak warga yang mengatakan pasukan TPLF telah menggali parit di sekitar masjid.