REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ada satu fase dalam kehidupan Suraqah bin Malik yang tak mungkin dilupakannya. Dahulu, dia masih kafir sehingga berupaya membunuh Nabi Muhammad SAW. Saat itu, Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrah bersama Abu Bakar ash-Shiddiq.
Suraqah berhasil menemukan Nabi SAW yang sedang berdiri seorang diri di padang pasir. Dalam benaknya, terbayang 100 unta betina sebagai hadiah dari pemuka Quraisy bagi siapa pun yang berhasil menangkap sang pembawa risalah Islam itu, hidup atau mati. Dengan semangat, pemuda dari Kampung Madlaji itu memacu kudanya untuk mengejar target buruan.
Namun, seperti ada tembok tak kasat mata, seketika kuda Suraqah terkapar. Ia pun terhempas ke pasir gurun. Tiba-tiba, ia melihat sosok yang diburunya itu mendekat. Nabi Muhammad SAW tersenyum kepadanya, lalu mengulurkan tangan, membantunya berdiri.
Suraqah terkesima. Akan tetapi, hasratnya untuk mendapatkan hadiah 100 ekor unta tak terbendung. Ia pun kembali berusaha membunuh Nabi Muhammad SAW.
Lagi-lagi, kudanya rebah, seperti menabrak dinding yang tak terlihat. Kejadian yang sama terjadi tiga kali berturut-turut sehingga pemuda ini mengurungkan niatnya.
“Aku berjanji tak akan mengganggu Tuan lagi, kata Suraqah kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi kumohon berjanjilah, bila kelak Tuan dan agama Tuan menang, sudilah kiranya memberikan kepadaku jaminan keselamatan.”