REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Naiknya harga kedelai selama pandemi Covid- 19 turut dirasakan pengusaha tempe di sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara dan terkhusus di Kota Baubau dan Konda Kabupaten Konawe Selatan, Sultra. Salah satu pengrajin tempe dan tahu di Kota Baubau, Sutarno kepada awak media, Rabu (6/2) mengeluh karena bahan baku yang biasanya diperoleh dengan harga Rp 7.500 per kilogram kini naik menjadi Rp 9.500 per kilogram. "Kami terpaksa mengurangi produksi tahu dan tempenya hingga 50 persen untuk dapat menggaji para karyawan," ujaranya.
Sutarno pun mengakali kenaikan harga kedelai dengan mengurangi standar ukuran tahu dan tempe jualannya demi menggait minat beli masyarakat. "Kita tidak naikkan harga, tetapi ukurannya yang kita kurangi," tutur Sutarno.
Sejak naiknya harga kedelai omset dan keuntungan usahanya pun menurun, biasanya mencapai Rp 800 ribu per hari kini paling tinggi Rp 400 ribu higga Rp 500 ribu per hari.
Selama pandemi Covid-19,Sutarno juga telah memangkas sebagian karyawan, bahkan dirinya pun turun tangan untuk mengolah sendiri kedelai menjadi tempe dan tahu.
"Karyawan sebagian sudah saya istrahatkan, gaji karyawan pun sekarang saya kurangi," tambahnya. Jika harga kedelai terus merangka naik Sutarno memastikan usahanya yang sudah Ia rintis sejak puluhan tahun silam itu terancam gulung tikar.
Harga kedelai diharapkan kembali normal, begitupun dengan pandemi Covid-19 segera berlalu, sehingga para karyawan yang sempat diberhentikan kembali dipekerjakan.