Kamis 07 Jan 2021 01:13 WIB

Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tempe Perkecil Undangan

Sutarno pun mengakali kenaikan harga kedelai dengan mengurangi standar ukuran tahu da

Red: Andi Nur Aminah
Para perajin memproduksi tempe di Kampung Sukamaju, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Selasa (5/1). Ukuran tempe diperkecil oleh para perajin lantaran harga kedelai mahal.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Para perajin memproduksi tempe di Kampung Sukamaju, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Selasa (5/1). Ukuran tempe diperkecil oleh para perajin lantaran harga kedelai mahal.

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Naiknya harga kedelai selama pandemi Covid- 19 turut dirasakan pengusaha tempe di sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara dan terkhusus di Kota Baubau dan Konda Kabupaten Konawe Selatan, Sultra. Salah satu pengrajin tempe dan tahu di Kota Baubau, Sutarno kepada awak media, Rabu (6/2) mengeluh karena bahan baku yang biasanya diperoleh dengan harga Rp 7.500 per kilogram kini naik menjadi Rp 9.500 per kilogram. "Kami terpaksa mengurangi produksi tahu dan tempenya hingga 50 persen untuk dapat menggaji para karyawan," ujaranya.

Sutarno pun mengakali kenaikan harga kedelai dengan mengurangi standar ukuran tahu dan tempe jualannya demi menggait minat beli masyarakat. "Kita tidak naikkan harga, tetapi ukurannya yang kita kurangi," tutur Sutarno.

Baca Juga

Sejak naiknya harga kedelai omset dan keuntungan usahanya pun menurun, biasanya mencapai Rp 800 ribu per hari kini paling tinggi Rp 400 ribu higga Rp 500 ribu per hari.

Selama pandemi Covid-19,Sutarno juga telah memangkas sebagian karyawan, bahkan dirinya pun turun tangan untuk mengolah sendiri kedelai menjadi tempe dan tahu.