Kamis 07 Jan 2021 10:39 WIB

Satu Tewas dalam Kerusuhan Massa Trump di Capitol Hill

Seorang wanita ditembak di dalam Capitol Hill oleh anggota penegak hukum.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Bendera pendukung Donald Trump dikibarkan pendukungnya saat massa menyerbu Capitol Hill pada Rabu (6/1).
Foto: Michael Reynolds/EPA
Bendera pendukung Donald Trump dikibarkan pendukungnya saat massa menyerbu Capitol Hill pada Rabu (6/1).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Petugas menyatakan, seorang wanita ditembak di dalam Capitol Hill oleh anggota penegak hukum dan kemudian meninggal. Peristiwa ini terjadi ketika Gedung Kongres Amerika Serikat (AS) mengalami kekacauan dan kekerasan pada Rabu (6/1).

Alat peledak improvisasi ditemukan di halaman Capitol. Petugas sedang dalam proses menghancurkan perangkat dan tidak jelas apakah mereka berfungsi. Setidaknya, satu terbuat dari bagian kecil pipa galvanis.

Baca Juga

Seorang pejabat di kantor lapangan FBI di Washington mengatakan kepada NBC News, dua alat peledak telah ditemukan dan salah satunya ditemukan di markas RNC. “Dua alat peledak yang dicurigai telah diamankan oleh FBI dan mitra penegakan hukum kami. Investigasi sedang berlangsung," kata juru bicara lembaga itu.

Kepolisian Washington mengumumkan, lima senjata ditemukan dari kompleks tersebut dan sekitar 13 penangkapan dilakukan. Wali Kota Washington, Muriel Bowser, memerintahkan jam malam selama 12 jam di kota yang akan dimulai pada pukul 18.00.

Saat kerusuhan terjadi, pintu Senat ditutup dan dikunci, para senator diminta menjauh dari daerah tersebut. Pintu ke House of Representatives dibarikade dan beberapa anggota parlemen terlihat berdoa. Terdapat tali gantungan yang digantung di sisi barat Capitol, pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera Konfederasi atau menggunakan seragam putih.

Dalam kicauan di Twitter, Presiden Donald Trump telah mengarahkan Garda Nasional untuk pergi ke Capitol. Kepolisian Capitol AS telah meminta dukungan tambahan. FBI telah dikerahkan dan Marshals Service juga membantu merespons.

Sebelum kerusuhan meletus, Trump meminta para pendukungnya berbaris ke Capitol pada Rabu pagi. Dia bahkan menyatakan, akan bergabung dengan pengunjuk rasa sebelum akhirnya kembali ke Gedung Putih. Dia pun akhirnya meminta orang untuk pulang, tetapi tidak mengutuk kekerasan tersebut.

Situasi kacau terjadi setelah Trump berbicara kepada kerumunan besar di depan Gedung Putih. Dia dengan marah berjanji tidak akan pernah menyerah kepada hasil yang menetapkan Joe Biden sebagai presiden selanjutnya dan tetap menganggap hasil pemilu itu curang.

"Kami tidak akan pernah menyerah. Kami tidak akan pernah menyerah. Anda tidak akan menyerah jika ada pencurian," kata Trump kepada kerumunan pendukung.

Beberapa di antaranya meneriakkan "AS!" atau melambaikan spanduk anti-Biden. Trump kemudian secara keliru mengeklaim bahwa Biden akan menjadi presiden yang "tidak sah".

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement