REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT TransJakarta memastikan, belum ada kerja sama pengadaan bus listrik merek Higer asal China untuk mendukung Program Langit Biru yang dicanangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebelumnya dikabarkan, PT TransJakarta menjalin kerja sama dengan pabrikan asal negara Tirai Bambu untuk pengadaan bus listrik bermerek Higer.
"Nggak tahu ya, kami kalau bekerja sama melakukan uji coba pasti ada 'Memorandum of Understanding' (MOU) atau apalah dokumen yang menjadi dasar kerja sama, sejauh ini kami tidak memiliki dokumen apa pun terkait kerja sama dengan pabrikan tersebut," kata Direktur Utama PT TransJakarta Sardjono Jhony Tjitrokusumo, di Jakarta, Kamis (6/1).
Bus listrik bermerek Higer didatangkan langsung PT Higer Maju Indonesia (HMI) untuk digunakan sebagai kendaraan niaga operasional TransJakarta. Bus berkapasitas baterai 385 kilowatt per jam itu sanggup menempuh jarak hingga 300 jam untuk sekali pengisian baterai secara penuh selama tiga hingga empat jam.
Selain itu, pabrikan Higer juga mengeklaim bus seberat 13 ton itu memanfaatkan limbah suku cadang yang lebih sedikit serta sanggup menampung 34 penumpang duduk. Bus tersebut juga dilengkapi dapur pacu berkekuatan 145 KW dengan torsi maksimal 3.300 Nm, suspensi Wabco serta tingkat kebisingan kabin yang rendah.
Jhony memastikan, TransJakarta belum memiliki keterikatan kerja sama dengan PT HMI sebagai landasan pengadaan bus. "Ini mungkin yang dimaksud itu adalah mereka hanya melakukan uji beban statis di area kami, jadi bukan kerja sama uji coba seperti yang dibayangkan atau apalah istilahnya," katanya.
Jhony mengatakan, berbagai pabrikan penyedia bus listrik domestik maupun mancanegara sedang bersaing ketat menyediakan armada mereka untuk Program Langit Biru DKI Jakarta. Sejumlah merek yang belakangan ini muncul di antaranya pabrikan dalam negeri PT Bakrie Autoparts dengan merek BYD, Mobil Anak Bangsa (MAB).
Pada 2020, TransJakarta telah melaksanakan program uji coba dua unit bus listrik secara komersial merek BYD. Pabrikan asal Taiwan dengan merek dagang INKA E-Inobus juga memberikan tawaran yang sama. Selain itu permintaan kerja sama juga datang dari pabrikan China yakni Skywell, Zhongtong dan Higer.
Jhony mengatakan, para operator TransJakarta akan memilih bus dengan kualitas terbaik serta dukungan penuh purnajual dari Agen Pemegang Merek (APM). "Pada prinsipnya, kami menyambut baik antusiasme yang sekarang ada, baik itu dari pabrikan luar negeri maupun dalam negeri untuk berpartisipasi dalam mengadakan bus listrik bagi para operator. Kalau semua lulus kajian dan uji teknis dari Dishub, maka kami akan memberikan kriteria komersialnya nanti," katanya.
Jhony menargetkan layanan bus bertenaga listrik diharapkan dapat dirasakan masyarakat secara bertahap mulai pertengahan semester kedua 2021.