REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Kementerian Kesehatan Maroko pada Rabu (6/1) menyetujui penggunaan darurat vaksin COVID-19, yang dikembangkan oleh AstraZeneca bersama Universitas Oxford. Menteri Kesehatan Khalid Ait Taleb mengatakan Maroko mengumumkan negaranya akan meluncurkan kampanye vaksinasi gratis yang menargetkan 25 juta orang. Ini setara 80 persen dari populasi mereka.
"Pemerintah telah memesan 66 juta dosis vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dan vaksin Sinopharm asal China, namun hingga kini belum menerima satu pun," kata Ait Taleb kepada saluran televisi 2M TV.
Kontrak dengan Sinopharm mencakup pemindahan teknologi dan pembangunan pabrik produksi di Maroko. Menurut Ait Taleb, kampanye vaksin akan berlangsung setidaknya tiga bulan untuk mendapatkan kekebalan populasi.