Kamis 07 Jan 2021 14:55 WIB

Kerusuhan Capitol Produk Retorika Kebencian Bertahun-tahun

Kerusuhan di Capitol dinilai pengamat sebagai produk kebencian dan ekstremisme

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Pendukung Presiden Donald Trump naik ke platform pelantikan di Front Barat Capitol AS pada Rabu, 6 Januari 2021, di Washington.
Foto: AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP
Pendukung Presiden Donald Trump naik ke platform pelantikan di Front Barat Capitol AS pada Rabu, 6 Januari 2021, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, COLLEGE PARK -- Pengamat-pengamat gerakan ekstrem kanan Amerika Serikat (AS) mengatakan penyerbuan pendukung Donald Trump ke Capitol Hill sebagai sesuatu yang mengerikan. Kerusuhan ini dinilai produk natural atas retorika kebencian dan kekerasan yang dipicu informasi palsu dan teori-teori konspirasi.

"Jika Anda terkejut, Anda tidak memberi perhatian, kami semua harus ngeri dengan hal ini, tapi seharusnya tidak ada yang terkejut hal ini terjadi," kata Direktur Eksekutif Integrity First for America, Amy Spitalnick, Kamis (7/1).

Baca Juga

Organisasi hak sipil yang Spitalnick pimpin mendukung gugatan federal yang dilayangkan korban kekerasan nasionalis kulit putih di Charlottesville, Virginia pada 2017 lalu. Salah satu tokoh sayap kanan yang ikut berbicara di Charlottesville menayangkan siaran langsung video kerusuhan di Capitol Hill.

Tim Gionet mengunggah video yang memperlihatkan para pendukung Trump yang memakai topi Make America Great Again dan God Bless Trump berkeliling di Capitol Hill. Mereka mengambil swafoto dengan petugas yang dengan tenang meminta mereka meninggalkan gedung itu. Para pendukung Trump mengobrol, tertawa, dan memberitahu petugas 'ini baru awalnya'.  

Kelompok-kelompok sayap kanan AS termasuk Proud Boys bergabung dengan pendukung-pendukung Trump itu. Para pengunjuk rasa menolak hasil pemilihan 3 November yang dimenangkan presiden terpilih Joe Biden.

Terlihat anggota kelompok supremasi kulit putih dan neo-Nazi di antara pengunjuk rasa. Sebuah foto menunjukkan polisi menghentikan seorang pria yang diidentifikasi promotor teori konspirasi QAnon untuk menerobos masuk ke ruang Senat.

CEO organisasi hak sipil Anti-Defamation League (ADL), Jonathan Greenblatt, mengatakan aksi pendukung Trump 'jelas sesuai' dengan retorika QAnon. QAnon merupakan teori konspirasi tanpa dasar yang yakin Trump diam-diam memerangi musuh negara dan pemuja setan pemakan manusia yang menjalankan operasi perdagangan anak di dalam pemerintahan.

"QAnon sudah menyerukan kegilaan semacam ini selama bertahun-tahun," kata Greenblatt.

Wakil Presiden Pusat Ekstremisme ADL, Oren Segal, mengatakan ia melihat anggota supremasi kulit putih dan neo-Nazi di antara pengunjuk rasa yang menerobos masuk Gedung Kongres. Segal mengatakan ia melihat anggota New Jersey European Heritage Association dan Nationalist Social Club.

Segal mengatakan penyerbuan ke Capitol Hill sebagai 'kesimpulan logis terhadap ekstremisme dan kebencian yang tak teruji' selama kepresidenan Trump. "Kami memiliki teori konspirasi yang mendorong orang bertindak di lapangan, narasi arus utama dan ekstrem kami saling berbaur," katanya.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement