Kamis 07 Jan 2021 15:13 WIB

"Penanganan Covid-19 Andalkan Kebijakan Bukan Kebijaksanaan"

Kebutuhan sebenarnya kebijaksanaan, sehingga benar di satu sisi, benar di sisi lain

Rep: Wahyu Suryana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Rektor UNU Prof Purwo Santoso
Foto: Republika/ Wihdan
Rektor UNU Prof Purwo Santoso

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejak diumumkannya kasus pertama pada Maret 2020, Indonesia sudah hampir satu tahun menjalani masa pandemi covid-19. Meski demikian, belum ada penurunan angka penyebaran virus tersebut.

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU), Prof Purwo Santoso berpendapat, penanganan pandemi selama ini kerap hanya mengandalkan kebijakan, bukan kebijaksanaan. Padahal, ada kebutuhan ilmu pengetahuan yang sering luput.

Ia menekankan, jika pendekatan dalam penanganan pandemi hanya ilmu politik, tentu saja yang dihasilkan hanya sekadar kebijakan. Sedangkan, kebutuhan sebenarnya kebijaksanaan, sehingga benar di satu sisi, benar di sisi lain."Kata kuncinya sinkronisasi cara berpikir, makro dan mikro, jangka pendek dan jangka panjang, pragmatis dan visioner," ujar Purwo, Kamis (7/1).

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid mengatakan, saat ini penyebaran covid-19 sudah luar biasa masif. Angka signifikan penyebaran menunjukkan pula jika dampak yang dimunculkan pandemi memang luar biasa.

Uniknya, pandemi turut membuat posisi ilmu pengetahuan di hampir seluruh dunia naik. Bahkan, walau belum semua, sudah sangat banyak negara-negara yang menggunakan ilmu pengetahuan pedoman dalam pengambilan kebijakan.

Fathul turut menyoroti kemunculan dua sisi manusia akibat pandemi, positif dan negatif. Di satu sisi munculnya pandemi melahirkan isu-isu kemanusiaan, di sisi lain melahirkan pengambil keuntungan dari kesulitan orang banyak.

Untuk itu, ia menekankan, perlu kesejalanan ilmu pengetahuan dan kebijakan politik. Sehingga, sisi negatif bisa dikurangi dan sisi positif bisa ditingkatkan, lalu penanganan pandemi bisa dilakukan lebih baik. "Kesejalanan nilai-nilai kemanusiaan yang kita yakini dengan kebutuhan. Jika kesejalanan kita jaga insya Allah pandemi bisa kita atasi lebih baik," kata Fathul dalam Laporan Tahunan Islam Indonesia 2021, Embun Kalimasada YBW UII, Kamis (7/1).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement