Kamis 07 Jan 2021 17:18 WIB

Regulator Internet Pakistan Larang Pemutaran Film Anti-Islam

Pemutaran film anti-Islam dilarang regulator Pakistan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Regulator Internet Pakistan Larang Pemutaran Film Anti-Islam. Foto: Ilustrasi Islamofobia
Foto: Foto : MgRol_94
Regulator Internet Pakistan Larang Pemutaran Film Anti-Islam. Foto: Ilustrasi Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Otoritas telekomunikasi Pakistan selaku regulator resmi lalu lintas internet, telah melarang pemutaran film yang dinilai menghujat dan anti-Islam. Film yang dimaksud adalah "The Lady of Heaven."

Film kontroversial tersebut menggambarkan kehidupan Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad (SAW). Film ini disebut menimbulkan kebencian publik kepada seluruh dunia Muslim, karena membangun kisah seorang anak Irak yang menjadi korban konflik.

Baca Juga

Konflik yang dibangun memiliki kesamaan dengan peristiwa sejarah yang diperdebatkan, terkait dengan kehidupan Fatimah az-Zahra, salah satu tokoh yang paling dihormati dan disegani dalam Islam setelah Nabi Muhammad SAW.

Dilansir di AhlulBayt News Agency, Kamis (7/1), film ini diproduksi oleh Enlightened Kingdom, sebuah perusahaan film yang berbasis di London. Seorang ulama kontroversial yang tinggal di Inggris, Sheikh Yasser al-Habib, merupakan penulis skenario film kontroversial tersebut.

Al-Habibi juga merupakan sosok yang berada di balik film kontroversial serupa, yang menggambarkan kehidupan Aisyah binti Abu Bakar, istri Nabi Muhammad SAW. Film yang diproduksi 10 tahun lalu dengan cara kontroversial ini membuat Kuwait mencabut kewarganegaraannya.

Pakistan sangat rentan terhadap kekerasan sektarian, terutama pada isu-isu yang terkait dengan penghormatan dan kehormatan Nabi SAW, sahabat, maupun anggota keluarga Nabi.

Ketakutan ini mendorong Pakistan untuk segera bertindak dan mencegah ledakan kekerasan. Islamabad yakin India secara sistematis terlibat dalam usaha memicu konflik sektarian di negara itu. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement