REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro menegaskan, alat pendeteksi Covid-19 GeNose buatan UGM bukan pengganti tes swab PCR. GeNose masuk dalam kategori tes cepat. Fungsinya untuk screening atau deteksi awal sebelum seseorang melakukan tes swab PCR.
"GeNose ini adalah alat screening cepat. Dia tidak menjadi alat untuk diagnosa. Dia benar-benar akan menjadi screening, atau istilahnya dia sebenarnya kategori rapid test," kata Bambang, dalam telekonferensi, Kamis (7/1).
Rapid test adalah tes cepat deteksi Covid-19, terdiri dari berbagai macam yaitu tes antibodi dan tes antigen. Rapid test antibodi menggunakan sampel darah, sementara rapid test antigen menggunakan sampel cairan dari hidung atau tenggorokan. GeNose juga termasuk rapid test namun menggunakan embusan napas.
Ia menjelaskan, berdasarkan uji validasi terakhir GeNose memiliki sensitifitas 92 persen dan tingkat spesifitas 95 persen. Artinya, mampu membaca tanda positif Covid-19 dengan peluang 92 persen dan mampu membaca tanda negatif Covid-19 dengan peluang 95 persen.
Bambang berharap, melalui GeNose, Indonesia bisa memiliki alat screening yang mudah dan nyaman, serta murah. "Murahnya ini karena harga unit yang paling mahal itu Rp 62 juta, tapi bisa dipakai untuk 100 ribu kali. Setelah itu, alat itu hanya memerlukan perbaikan sedikit untuk bisa dipakai lagi," kata dia.
GeNose merupakan alat pendeteksi Covid-19 yang sudah mendapatkan izin edar pada 24 Desember 2020 lalu. Bambang menjelaskan, rencananya bersama dengan konsorsium yang terdiri dari lima perusahaan mereka akan melakukan produksi massal dengan target 5.000 unit pada Februari 2021.