REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden menyerukan pemulihan demokrasi usai kerusuhan oleh pendukung Donald Trump di Capitol Hill, Rabu (6/1) waktu setempat. Dari Delaware, Biden sebelumnya berencana menyampaikan pidato yang berfokus pada ekonomi di masa pandemi.
Namun tidak lama sebelum pidatonya, para demonstran masuk ke Gedung Capitol, Washington DC menguasai ruang-ruang Senat. "Demokrasi kita berada di bawah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak seperti yang pernah kita lihat di zaman modern," ujar Biden setelah insiden tersebut.
Menurutnya, insiden kekerasan dan kekacauan itu adalah serangan terhadap supremasi hukum. Pada Rabu (6/1) waktu setempat, para perusuh pendukung Trump menduduki kursi Kongres selama beberapa jam. Pasukan Garda Nasional dikerahkan, dan jam malam di seluruh kota diberlakukan.
"Saya meminta massa ini untuk mundur dan memberi jalan demokrasi maju," ujar Biden. Dalam pidatonya yang hanya memakan waktu sekitar 10 menit dan ditayangkan di televisi pada layar terpisah dari gedung Capitol yang masih diduduki, Biden berusaha untuk menunjukkan ketenangan.
Dia mengatakan bahwa negara yang terpecah masih bisa bersatu. Dia kembali ke tema yang menjadi inti dari kampanye kepresidenannya, termasuk menemukan kesamaan landasan politik, dan berjanji menjadi presiden untuk semua orang Amerika, bahkan mereka yang tidak memilihnya. Namun Biden juga mengungkapkan keterkejutan dan kemarahannya.
"Ini tidak layak, ini kekacauan," katanya. Kerusuhan mulai meletus ketika sesi gabungan untuk sertifikasi kemenangan Biden dilakukan. Pada saat sesi berlangsung, Trump masih sempat mengatakan, bahwa telah terjadi penipuan atas pemilihan presiden dengan klaim yang tak berdasar.