REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan penggunaan Masjid Istiqlal menyusul rampungnya proses renovasi yang dimulai sejak Mei 2019 lalu.
Peresmian renovasi masjid terbesar di Asia Tenggara ini memang sempat tertunda akibat pandemi Covid-19. Usai meresmikan, Jokowi menjalankan sholat maghrib berjamaah di Masjid Istialal, perdana pada 2021.
"Saya melihat Masjid Istiqlal telah berubah total dan tampak seperi baru lagi. Lanskap-nya ditata ulang menjadi indah dan semakin kelihatan tertata rapi. Lantainya juga saya lihat lebih berkilau. Tata cahayanya juga diganti, sangat modern dan indah. Dan sungai yang membelah Istiqlal juga semakin bersih dan rapi," ujar Presiden Jokowi dalam sambutan peresmian Masjid Istiqlal, Kamis (7/1).
Presiden mengapresiasi proses renovasi yang dilakukan pertama kali sejak 42 tahun Masjid Istiqlal berdiri lantaran pengerjaannya tidak sekadar memaksimalkan fungsi masjid sebagai tempat ibadah, namun juga memperhatikan aspek arsitektur, aspek seni, aspek estetika, dan mempertahankan kaidah cagar budaya bangunan masjid.
Jokowi juga menyebutkan, renovasi yang menelan biaya Rp 511 miliar ini tidak hanya menjadikan Istiqlal sebagai bangunan kebangaan umat Islam saja, namun juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Apalagi, masjid yang terletak berseberangan dengan Gereja Katedral ini didirikan sebagai ungkapan rasa syukur Bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
"Semangat ini jelas terekam pada tahun 1953 ketika para tokoh umat Islam berkumpul untuk cetuskan ide mendirikan sebuah masjid sebagai simbol kemerdekaan RI, dan disepakati namanya Istiqlal sebagai nama masjid yang bahasa Arab memiliki arti Kemerdekaan," katanya.
Kendati sudah diresmikan penggunaannya, Presiden Jokowi meminta masyarakat khususnya umat Muslim yang menggunakan Masjid Istiqlal agar tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Dia menegaskan, protokol kesehatan tetap harus dijalankan baik saat beribadah atau melakukan aktivitas lain di dalam lingkungan masjid.
Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, menambahkan, renovasi masih akan dilanjutkan dengan merampungkan pembangunan terowongan silaturahim yang menghubungkan masjid dengan Gereja Katedral di seberangnya. Terowongan ini, menurutnya, tidak sekadar penghubung dua bangunan saja namun menjadi ikon toleransi masyarakat Indonesia.
"Tentu presiden tidak hanya membuat lubang penghubung bawah tanah tetapi bagaimana terowongan silaturahim ini bisa menjadi salah satu ikon tersendiri di ibukota. Yang kami bayangkan insya Allah akan ada semacam diorama yang menampilkan potret toleransi kemanusiaan yang menjadi salah satu kebanggaan Indonesia," katanya.
BACA JUGA: Jika Waktu Sholat Subuh Terlewat, Apa yang Harus Dilakukan? Ini Jawaban Ustadz Abdul Somad