REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo mengingatkan agar renovasi masjid Istiqlal jangan dijadikan ajang gagah-gagahan. Menurut presiden, Istiqlal baru bukan hanya menjadi kebanggaan umat Islam tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.
"Renovasi masjid Istiqlal agar menjadi semakin megah bukan untuk gagah-gagahan," kata Presiden Joko Widodo di kompleks masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (7/1). Ikut hadir dalam peresmian tersebut Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Presiden juga mengingatkan bahwa masjid Istiqlal didirikan 42 tahun yang lalu sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat Allah karena bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaan. Menurut presiden, semangat ini jelas terekam pada 1953 ketika para pemimpin umat Islam berkumpul dan mencetuskan ide mendirikan sebuah masjid sebagai simbol kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka telah menyepakati namanya Istiqlal sebagai masjid yang dalam bahasa Arab memiliki arti kemerdekaan.
Jokowi berharap Masjid Istiqlal tidak hanya megah secara fisik. "Tapi jauh dari itu sebagai sarana untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT terhadap pemberdayaan umat dan sebagai pelopor dakwah bilhal moderasi muslim dunia," ujar Presiden.
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, menurut Presiden, Indonesia melalui masjid Istiqlal harus menjadi contoh bagi masjid-masjid negara lain."Menjadi contoh dalam mengembangkan syiar Islam yang menyejukkan, yang membangun toleransi dan membangun perdamaian," ucap Presiden.
Tidak ketinggalan Presiden Jokowi mengingatkan agar pengunjung masjid Istiqlal tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Mengingat penyebaran wabah Covid-19 masih terjadi di tengah masyarakat.
Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umuar, renovasi masjid terbesar di Indonesia itu memakan waktu selama 14 bulan dengan sekitar 1.000 orang pekerja.Renovasi juga ikut membangun terowongan bawah tanah yang menghubungkan Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta.