REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur Drajat Irawan mengaku telah berkoordinasi dengan Industri Kecil Menengah (IKM) tahu dan tempe terkait melambungnya harga kedelai, baik impor maupun lokal.
Menurut pantauan harga di Siskaperbapo, harga kedelai di Jawa Timur baik kedelai lokal dan impor mengalami kenaikan sejak 2 bulan terakhir. Per 5 Januari 2021 harga kedelai di Jatim Rp9.577 per kilogram untuk kedelai impor dan Rp9.652 per kilogram untuk kedelai lokal.
Drajat menjelaskan, dari hasil koordinasi dengan Sentra Industri Tempe Sanan yang berada di Kota Malang, harga kedelai mengalami kenaikan dan mulai jarang tersedia. Para perajin tempe di Sentra Industri Tempe Sanan pun terpaksa menurunkan produksi dan menyesuaikan dengan bahan baku yang ada.
"Mereka yang ada di Sentra Industri Tempe Sanan, tetap melakukan produksi dengan penurunan sekitar 20 persen,” kata Drajat di Surabaya, Kamis (7/1).
Pun saat Drajat mengunjungi Sentra Industri Tahu yang berada di Sidoarjo. Para perajin turut mengeluhkan terjadinya kenaikan harga kedelai impor. Para perajin di sentra industri tersebut pun terpaksa menurunkan volume produksi agar tetap bisa beroperasi.
Survei juga dilakukan ke IKM Tempe di Kecamatan Tenggilis Surabaya. Para pedagang di sana mengeluhkan harga kedelai saat ini yang mencapai Rp 9.100 per kilogram. Padahal harga normal berada di kisaran Rp 6.800 per kilogram. Perajin tempe di sentra industri tersebut pun masih tetap bisa produksi, dengan menaikkan harga jual tempe.
Drajat mengatakan, produksi kedelai Jawa Timur sepanjang 2020 hanya sebanyak 57.235 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi kedelai mencapai 447.912 ton. Artinya terdapat defisit 390.677 ton yang harus dipenuhi melalui impor.