Sabtu 09 Jan 2021 00:26 WIB

Wisatawan ke Inggris Harus Tunjukkan Hasil Negatif Covid-19

Kebijakan ini diterapkan untuk melindungi dari varian baru virus corona negara lain

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Pejalan kaki berjalan di jembatan Millennium di London, Inggris, 05 Januari 2021. Inggris telah memasuki penguncian nasional terberat sejak Maret untuk membantu membendung gelombang meningkatnya kasus penyakit coronavirus (COVID-19) di seluruh negeri. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada 4 Januari malam bahwa akan ada penguncian nasional ketiga di Inggris. Peraturan tersebut, diharapkan akan tetap berlaku hingga pertengahan Februari, akan diajukan di parlemen pada 5 Januari dan akan dilakukan pemungutan suara pada 6 Januari.
Foto: EPA-EFE/FACUNDO ARRIZABALAGA
Pejalan kaki berjalan di jembatan Millennium di London, Inggris, 05 Januari 2021. Inggris telah memasuki penguncian nasional terberat sejak Maret untuk membantu membendung gelombang meningkatnya kasus penyakit coronavirus (COVID-19) di seluruh negeri. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada 4 Januari malam bahwa akan ada penguncian nasional ketiga di Inggris. Peraturan tersebut, diharapkan akan tetap berlaku hingga pertengahan Februari, akan diajukan di parlemen pada 5 Januari dan akan dilakukan pemungutan suara pada 6 Januari.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Pemerintah Inggris akan meminta wisatawan yang memasuki negara itu untuk menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 pada kedatangan mulai pekan depan. Kebijakan ini diterapkan untuk melindungi dari varian baru virus corona dari negara lain.

Penumpang yang tiba dengan kapal, pesawat, atau kereta harus menjalani tes Covid-19 hingga 72 jam sebelum berangkat ke Inggris, kata kementerian transportasi. Ini mencerminkan tindakan yang diambil oleh banyak negara lain di seluruh dunia.

Baca Juga

"Kami sudah memiliki langkah-langkah signifikan untuk mencegah kasus impor Covid-19. Namun dengan varian baru virus corona yang berkembang secara internasional, kami harus mengambil tindakan pencegahan lebih lanjut," kata Menteri Transportasi Grant Shapps dalam sebuah pernyataan.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memerintahkan karantina baru untuk Inggris pekan ini setelah lonjakan kasus yang terkait dengan varian baru virus corona yang diyakini berasal dari negara itu. Pada Kamis, Inggris mengatakan akan memperpanjang larangan para pelancong yang memasuki Inggris dari Afrika Selatan serta negara-negara Afrika selatan lainnya.

Perpanjangan larangan ini demi mencegah penyebaran varian yang diidentifikasi di Afrika Selatan. Pengecualian untuk aturan persyaratan pengujian baru akan ditawarkan kepada pengangkut barang, anak-anak di bawah 11 tahun, kru, dan orang-orang yang bepergian dari negara-negara di mana tes tidak tersedia, kata pemerintah.

Penumpang akan dikenakan denda sebesar 500 pound atau Rp 9,4 juta jika mereka gagal mematuhi peraturan baru. Industri penerbangan Inggris mengatakan pihaknya menyadari perlunya bertindak untuk memperkenalkan pengujian prakeberangkatan tetapi hanya sebagai tindakan darurat jangka pendek.

"Setelah peluncuran vaksin dipercepat, fokusnya harus pada mengembalikan perjalanan ke normal secepat mungkin untuk mendukung pemulihan ekonomi Inggris," ujar Tim Alderslade, Kepala Eksekutif Airlines UK.

Inggris mewajibkan penumpang dari banyak negara untuk mengisolasi diri selama 10 hari atau lima hari jika mereka membayar untuk tes pribadi dan hasil tes negatif. Persyaratan tersebut akan tetap berlaku setelah aturan pengujian prakeberangkatan baru berlaku.

Pemerintah Inggris sedang bekerja dengan otoritas di Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara untuk melakukan tindakan serupa. Aturan baru tidak akan berlaku untuk Area Perjalanan Umum yang mencakup Inggris, Skotlandia, Wales, Irlandia Utara, dan Irlandia, serta Kepulauan Channel dan Pulau Man.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement