Jumat 08 Jan 2021 20:27 WIB

Pemerintah Afghanistan Tolak Kompromi dengan Perang 

Afghanistan menolak berkompromi dengan kekerasan Taliban

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Afghanistan menolak berkompromi dengan kekerasan Taliban. Bendera Afghanistan
Foto: blogspot.com
Afghanistan menolak berkompromi dengan kekerasan Taliban. Bendera Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Wakil Presiden Afghanistan  Amrullah Saleh menolak tindakan kekerasan Taliban berlandaskan agama. Pernyataan itu dia sampaikan pada Kamis (6/12). 

Menurut dia Taliban tidak dapat memberikan legitimasi atas kekerasan yang mereka lakukan berlandaskan agama. Dia juga menekankan bahwa perlunya berbicara damai dengan tim perunding Afghanistan berdasarkan kesepakatan mereka dengan Amerika Serikat.  

Baca Juga

Dia mengatakan Taliban tidak bisa lagi melanjutkan perang dengan dalih syariah dan itulah mengapa Taliban bersikeras bahwa kesepakatan mereka dengan Amerika Serikat menjadi dasar negosiasi perdamaian. 

Saleh, yang menemani Presiden Ashraf Ghani dalam kunjungannya ke Provinsi Nangarhar timur, mengungkapkan pandangan ini dalam sebuah pertemuan. 

Dia meyakinkan bahwa tidak ada hak dan pengorbanan yang akan dikompromikan selama pembicaraan damai dan pemerintah akan melanjutkan kepemimpinan di bawah bendera Afghanistan dengan sistem demokrasi.  

“Kami tidak akan berkompromi dengan kekerasan, republik, bendera, dan hak-hak perempuan. Tidak ada yang akan dikorbankan selama pembicaraan damai,” katanya. 

Dia mengatakan proses perdamaian adalah proses yang panjang dan tidak akan segera berakhir karena Taliban menentang sistem yang ada dan pencapaiannya.  

"Permintaan pemerintah Afghanistan adalah setelah pembicaraan damai, kepemimpinan masa depan negara itu akan diputuskan melalui pemilihan," ujar dia. 

Saleh mengatakan Taliban takut akan pemilihan karena mereka yakin orang-orang akan menolaknya.    

Sumber: https://pajhwok.com/2021/01/07/saleh-the-taliban-cannot-legitimize-their-war-in-the-light-of-sharia/

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement