REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Petani di Kabupaten Sukabumi rata-rata tidak tertarik menanam kedelai. Sebabnya harga kedelai lokal masih rendah.
"Saat ini menanam kedelai lokal di Sukabumi jadi pilihan ketiga setelah padi, jagung dan terakhir kedelai," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Sudrajat kepada wartawan, Jumat (8/1).
Hal ini dikarenakan rendahnya harga jual kedelai lokal dibandingkan kedelai impor. Sudrajat mengatakan, saat ini harga kedelai lokal Rp 5.000 per kilogram di lapangan.
Meskipun kedelai lokal murah, namun perajin tahu tempe lebih memilih kedelai impor karena dinilai lebih bagus kualitasnya. Di sisi lain, produktivitas kedelai lokal juga rendah, yakni 1,5 ton per hektare sehingga produksinya dinilai belum sebanding dengan harapan petani.
Oleh karena itu, pada saat harga kedelai impor naik, maka jadi momen kedelai lokal berkembang. Harapannya kedelai lokal bisa jadi pilihan bagi perajin tahu dan tempe.
Naiknya harga kedelai akhir-akhir ini sangat memberatkan para perajin tahu dan tempe. Kondisi ini disikapi sejumlah kalangan DPR RI yang meminta pemerintah fokus pada pembenahan pertanian kedelai lokal.