REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengharapkan lebih banyak negara Arab dan Muslim yang mengikuti langkah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Sudan. Mereka telah menandatangani kesepakatan damai dengan Israel.
Pernyataa tersebut muncul saat dia menyambut Menteri Keuangan Amerika Serikat, Steve Munchin, yang mengunjungi Yerusalem setelah perjalanan ke Khartoum, Sudan.
“Saya ingin berterima kasih kepada Presiden Trump dan Anda semua dalam pemerintahan atas semua yang telah Anda lakukan untuk perdamaian. Anda telah membuat perbedaan menjadi nyata dengan mencapai satu terobosan demi terobosan. Yakni membawa UEA, Bahrain, Maroko, dan Sudan ke dalam lingkaran perdamaian,” kata Netanyahu, dilansir Asharq Al-Awsat, Sabtu (9/1).
Netanyahu yakin nantinya akan ada lebih banyak negara Arab dan Muslim yang mengikuti langkah tersebut. Terkait Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), Netanyahu memperingatkan bahwa kembali ke perjanjian akan mendorong proliferasi nuklir lebih lanjut di wilayah tersebut.
“Jika kita kembali ke JCPOA, apa yang akan terjadi dan mungkin sudah terjadi adalah banyak negara lain di Timur Tengah akan buru-buru mempersenjatai diri dengan senjata nuklir. Itu adalah mimpi buruk dan seharusnya tidak terjadi,” ujar dia.
Di sisi lain, pers Israel mengkritik sikap diam Netanyahu terhadap penyerbuan ibu kota Amerika Serikat. "Selama beberapa generasi, demokrasi Amerika Serikat telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia dan di Israel. Demokrasi Amerika Serikat selalu menginspirasi saya. Pelanggaran hukum dan kekerasan adalah kebalikan dari nilai-nilai yang kita tahu dihargai oleh orang Amerika dan Israel," kata dia.
Sementara itu, Munchin juga mengutuk serangan terhadap Gedung Capitol. “Kekerasan yang terjadi tadi malam di Capitol di Washington DC sama sekali tidak bisa diterima. Saya berharap dapat kembali ke Washington DC dengan pekerjaan transisi kami yang berkelanjutan,” ucap dia.