REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menyebut Amerika Serikat (AS) adalah musuh besar bagi negara itu. Dia pun menyerukan senjata nuklir yang lebih canggih.
"Kegiatan politik luar negeri kami harus difokuskan dan diarahkan untuk menaklukkan Amerika Serikat, musuh terbesar kami dan hambatan utama bagi perkembangan inovatif kami," kata Kim selama pidato selama beberapa hari di kongres partai di Pyongyang.
Menurut laporan kantor berita pemerintah KCNA pada Sabtu (9/1), kebijakan permusuhan Washington tidak akan berubah terlepas dari siapa yang menempati Gedung Putih.
Namun, Kim menegaskan, mencabut kebijakan bermusuhan akan menjadi kunci bagi hubungan Korea Utara-AS. "Tidak peduli siapa yang berkuasa di AS, sifat asli AS dan kebijakan fundamentalnya terhadap Korea Utara tidak pernah berubah," kata Kim.
Kim bersumpah untuk memperluas hubungan dengan pasukan anti-imperialis, independen, dalam menghadapi AS. Meski begitu, dia menekankan, Korea Utara tidak akan menyalahgunakan senjata nuklirnya, walau memperluas persenjataan nuklirnya, termasuk kemampuan serangan "preemptive" dan "pembalasan" dan hulu ledak dalam berbagai ukuran.
Pemimpin Korea Utara ini menyerukan untuk mengembangkan peralatan termasuk senjata hipersonik, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat (ICBM), satelit mata-mata, dan drone.
Dia menjelaskan, Pyongyang sedang mempersiapkan untuk uji coba dan produksi berbagai senjata baru, termasuk "roket multi-hulu ledak" dan "hulu ledak terbang supersonik untuk roket balistik jenis baru," sementara penelitian tentang kapal selam nuklir hampir selesai.
Selain kebijakan AS dan pertahanan, Kim berbicara lebih panjang tentang proposal untuk rencana ekonomi lima tahun yang akan diumumkan di kongres. Menurutnya proposal kali ini akan terus fokus pada pembangunan ekonomi independen.
"Benih dan tema dasar rencana pembangunan ekonomi lima tahun yang baru masih kemandirian dan swasembada,” ujar Kim.
Salah satu rencananya adalah membangun pabrik baja hemat energi, meningkatkan barang kimia secara signifikan, meningkatkan produksi listrik, dan mengamankan lebih banyak tambang batu bara. "Memperkuat pedoman persatuan dan manajemen strategis negara atas pekerjaan ekonomi," ujarnya.