Sabtu 09 Jan 2021 16:20 WIB

Google Hapus Aplikasi Kesukaan Pendukung Trump

Aplikasi yang banyak digunakan pendukung Trump bernama Parler.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Indira Rezkisari
 Ribuan pendukung Presiden AS Donald J. Trump berkumpul di National Mall di luar unjuk rasa di Ellipse dekat Gedung Putih di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Kelompok konservatif sayap kanan memprotes Kongres menghitung suara electoral college . Lusinan hakim negara bagian dan federal telah menolak tantangan untuk pemilihan presiden 2020, menemukan tuduhan penipuan tidak berdasar.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Ribuan pendukung Presiden AS Donald J. Trump berkumpul di National Mall di luar unjuk rasa di Ellipse dekat Gedung Putih di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Kelompok konservatif sayap kanan memprotes Kongres menghitung suara electoral college . Lusinan hakim negara bagian dan federal telah menolak tantangan untuk pemilihan presiden 2020, menemukan tuduhan penipuan tidak berdasar.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Google memutuskan untuk menangguhkan jaringan sosial Parler dari Play Store, Jumat (8/1) waktu setempat. Alasan Google menangguhkan Parler adalah Parler gagal menghapus konten yang tidak menyenangkan.

"Kebijakan lama kami mengharuskan aplikasi yang menampilkan konten buatan pengguna memiliki kebijakan moderasi dan penegakan yang menghapus konten mengerikan seperti postingan yang menghasut kekerasan," ujar Google dalam sebuah pernyataan dikutip laman BBC, Sabtu (9/1).

Baca Juga

"Mengingat ancaman keamanan publik yang sedang berlangsung dan mendesak ini, kami menangguhkan listingan aplikasi dari Play Store hingga mengatasi masalah ini," ujar pernyataan tersebut menambahkan.

Namun demikian, Parler menyebut aplikasinya sebagai media sosial yang tidak memihak. Aplikasi ini juga telah terbukti populer dengan orang-orang yang dilarang menggunakan Twitter. Diduga para pendukung Trump yang menggeruduk Capitol Hill berkomunikasi melalui aplikasi Parler,

"Kami tidak akan menyerah pada perusahaan yang bermotivasi politik dan para otoriter yang membenci kebebasan berbicara!" ujar kepala eksekutif aplikasi Parler, John Matze.

Diluncurkan pada 2018, Parler terbukti sangat populer di kalangan pendukung Presiden AS Donald Trump dan konservatif sayap kanan. Kelompok semacam itu sering menuduh Twitter dan Facebook menyensor pandangan mereka secara tidak adil.

Meskipun Trump sendiri bukan pengguna, platform tersebut sudah menampilkan beberapa kontributor terkenal menyusul lonjakan pertumbuhan sebelumnya pada 2020. Senator Texas Ted Cruz memiliki 4,9 juta pengikut di platform tersebut, sementara pembawa acara Fox News, Sean Hannity, memiliki sekitar tujuh juta pengikut.

Parler sempat menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Amerika Serikat setelah pemilu AS, menyusul larangan penyebaran informasi yang salah tentang pemilu oleh Twitter dan Facebook. Namun, Apple dan Google mengatakan aplikasi tersebut gagal memenuhi persyaratan moderasi konten.

"Penyelidikan kami menemukan bahwa Parler tidak secara efektif memoderasi dan menghapus konten yang mendorong aktivitas ilegal dan menimbulkan risiko serius bagi kesehatan dan keselamatan pengguna karena pelanggaran langsung terhadap persyaratan layanan Anda sendiri. Kami tidak akan mendistribusikan aplikasi yang menampilkan konten berbahaya," ujar Apple dalam sebuah pernyataan.

Apple juga telah memperingatkan Parler akan menghapus aplikasi dari App Store jika tidak mematuhi persyaratan moderasi kontennya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement