REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang muncul pada 2020 membuat para ilmuwan di seluruh dunia berlomba-lomba membuat vaksin. Vaksin yang dikembangkan antara lain Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZeneca, Sinopharm, dan CoronaVac.
Salah satu yang dipakai di Indonesia adalah CoronaVac yang sedang dalam tahap uji coba klinis fase III. CoronaVac adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan swasra biofarmasi Cina Sinovac yang sebelumnya dinamai PiCoVacc. Dosis yang dibutuhkan adalah dua dosis selang dua pekan.
Dilansir New York Times, Jumat, (8/1), vaksin biasanya memerlukan pengujian selama bertahun-tahun sebelum mencapai tahap akhir. Saat ini, para ilmuwan di seluruh dunia tengah menguji 64 vaksin dalam uji klinis pada manusia dan 20 vaksin telah mencapai tahap akhir pengujian. Ini berlaku bagi CoronaVac, berikut proses pengujiannya :
1. Pengujian Praklinis
Sebelum para ilmuwan menguji vaksin pada manusia, mereka terlebih dahulu menggunakan hewa seperti tikus atau monyet. Hal ini guna melihat respon imun setelah divaksinisasi. Untuk CoronaVac, pengujian praklinis dilakukan pada monyet.
Dilansir Science, PiCoVacc melindungi monyet macaque rhesus dari beberapa jenis SARS-Cov-2. Vaksin dinilai dapat menonaktifkan sifat bahaya dari virus tersebut.
Awalnya mereka, mendapat dosis vaksin kemudian dimasukkan SARS-CoV-2. Monyet yang menerima dosis terendah menunjukkan tanda-tanda pengendalian infeksi.
Sementara itu, monyet yang menerima dosis tinggi tampak lebih terlindungi dan tidak memiliki beban virus di faring atau paru-paru setelah tujuh hari terinfeksi.