REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang Jurnalis Afghanistan yang menjadi juru bicara pasukan perlindungan publik tewas bersama dengan dua rekannya pada Ahad (10/1). Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan, mereka tewas karena bom yang menargetkan kendaraannya.
Pembunuhan Zia Wadan yang sebelumnya bekerja untuk beberapa jaringan media di Afghanistan, tampaknya menjadi yang terbaru dari serangkaian pembunuhan terarah. Juru Bicara Kementerian, Tariq Arian mengatkan kepada wartawan, Wadan dan rekan-rekannya tewas dalam lalu lintas jam sibuk pada pagi hari di bagian timur ibu kota.
"Sebuah kendaraan yang membawa Zia Wadan menjadi sasaran alat peledak improvisasi (IED). Akibatnya, Wadan dan dua rekannya tewas," kata Arian, dilansir Arab News, Ahad (10/1).
Lebih lanjut, dia menyebut ada satu orang lagi yang mengalami cedera. Sejauh ini belum ada kelompok yang mengklaim atau bertanggung jawab atas serangan itu.
Wadan adalah juru bicara Pasukan Perlindungan Publik Nasional (NPPF), sebuah layanan keamanan di bawah Kementerian Dalam Negeri yang mengerahkan penjaga ke organisasi internasional di seluruh Afghanistan. Kekerasan mematikan telah melonjak di seluruh negeri dalam beberapa bulan terakhir. Tren baru pembunuhan yang ditargetkan telah membuat ketakutan di beberapa wilayah, terutama di Kabul.
Tokoh terkenal termasuk jurnalis, politisi, dan aktivis hak asasi manusia semakin menjadi sasaran meskipun ada pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban. Sejak November, lima jurnalis tewas dalam pembunuhan yang ditargetkan bersama beberapa tokoh terkemuka lainnya.