REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Palang Merah Indonesia (PMI) memberikan dukungan psikososial atau Psychosocial Support Prgramme (PSP) untuk keluarga korban kecelakaan pesawat Sriwijaya AIR SJ-182 yang jatuh di perairan laut Kepulauan Seribu pada Sabtu, (9/1|). Program dukungan psikososial ini diberikan kepada kelompok rentan seperti anak-anak, wanita maupun lanjut usia.
"Dukungan psikososial ini untuk membantu menenangkan para keluarga korban yang sedang berduka atas kejadian musibah tersebu dengan cara memberikan semangat agar tetap berpikir positif," kata Staf Bidang Penanggung Bencana PMI Provinsi Kalimantan Barat Lidia Nurvitha melalui sambungan telepon, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (11/1).
Menurutnya, relawan yang ditugaskan untuk melakukan PSP ini sebanyak empat orang yang tentunya sudah berpengalaman dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan program dukungan psikososial ini. Layanan tersebut diberikan di pos gabungan Bandara Supadio, Pontiakan, Kalbar. Relawan yang memberikan dukungan psikososial ini mencoba mengajak bicara keluarga korban agar tetap berpikir positif dan mentalnya terjaga.
Program dukungan psikososial ini diberikan kepada kelompok rentan seperti anak-anak, wanita maupun lanjut usia. Ada berbagai teknik yang dilakukan agar para keluarga korban yang sedang menunggu berbagai informasi terkait perkembangan operasi search and rescue (SAR) jatuhnya pesawat Sriwijaya Air bisa lebih tenang.
"Dalam memberikan berbagai pelayanan untuk keluarga korban, kami tetap menerapkan protokol kesehatan untuk antisipasi terjadinya penyebaran COVID-19 apalagi kondisi saat ini di Bandara Supadio cukup ramai warga," katanya.
Selain PSP, Lidia mengatakan PMI juga membukan layanan Restoring Family Link (RFL) atau pemulihan hubungan keluarga untuk membantu dalam pencocokan data antara korban dengan keluarga korban.
Kemudian pihaknya juga menyiagakan ambulance yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk evakuasi, seperti adanya keluarga korban yang tiba-tiba sakit atau tidak sadarkan diri menerima kenyataan pahit yang dialami korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ini.