REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (11/1), diprediksi tertekan seiring ekspektasi pemulihan ekonomi Amerika Serikat. Pada pukul 9.40 WIB, rupiah melemah 64 poin atau 0,46 persen ke posisi Rp 14.084 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp 14.020 per dolar AS.
"Sentimen penguatan dolar AS masih tinggi pagi ini karena tingkat imbal obligasi AS yang masih meninggi di perdagangan hari Jumat kemarin," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun tutup di kisaran 1,12 persen, sebelumnya di 1,08 persen. Menurut Ariston, sentimen tersebut sudah mendorong pelemahan nilai tukar negara berkembang pagi ini.
"Sentimen ini mungkin menjadi pendorong utama penekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.
Ariston menambahkan kenaikan imbal hasil obligasi tersebut kemungkinan karena indikasi pemulihan ekonomi AS. "Bank Sentral AS dalam notula rapatnya Kamis pekan lalu juga menyampaikan pandangan yang lebih optimis terkait pemulihan ekonomi AS ini," katanya.
Ariston memperkirakan pada akhir tahun rupiah bergerak di kisaran Rp 13.950 per dolar AS hingga Rp 14.100 per dolar AS. Pada Jumat (8/1) lalu, rupiah ditutup melemah 110 poin atau 0,79 persen ke posisi Rp 14.020 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp 13.910 per dolar AS.