REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) bersiap untuk tahun tersibuk buat penjualan saham baru, ketika perusahaan-perusahaan bergegas untuk memanfaatkan permintaan ritel yang kuat. Perusahaan yang akan melantai di bursa berasal dari berbagai sektor, mulai dari bank digital, pengembang gim hingga pembuat baterai mobil listrik.
Pasar IPO Korsel dapat menghimpun dana hingga 20 triliun won (Rp 257,5 triliun), sebuah rekor dan sekitar empat kali lipat di atas level 2020. Para analis mengatakan, ini dipimpin oleh perusahaan yang menyediakan produk lebih diminati oleh orang-orang yang terjebak di dalam ruangan karena pandemi.
Selain itu, langkah regulator keuangan negara itu untuk meningkatkan alokasi saham IPO kepada pelanggan ritel tahun ini akan meningkatkan investasi, tambah mereka. Proyeksi tersebut muncul terhadap reli baru-baru ini di indeks utama KOSPI yang menembus di atas 3.000 poin untuk pertama kalinya, dengan para investor melihat pemulihan lebih luas dalam ekspor di luar perusahaan-perusahaan raksasa teknologi Korea Selatan.
"Ini adalah bersiap untuk terlihat seperti tahun rekor. Mayoritas mandat besar dan tema IPO ada di sekitar sektor teknologi," kata David Chung, kepala perbankan investasi Korea di Goldman Sachs.
Itu termasuk perusahaan yang offline tetapi sekarang, di tengah krisis kesehatan, telah membangun kehadiran online yang signifikan, Chung menambahkan. "Di situlah pertumbuhannya," katanya.
Kesepakatan dalam proses termasuk potensi float 4,6 triliun won dari Kakao Bank, yang telah mendapat keuntungan dari masuknya pelanggan dari operator aplikasi obrolan dominan Korea Selatan Kakao Corp. Kakao memiliki 32 persen saham di Kakao Bank. Kakao Bank telah memilih penasihat tetapi belum memutuskan kapan akan mencatatkan sahamnya, kata seorang juru bicara.