Senin 11 Jan 2021 10:59 WIB

PDI Perjuangan Belajarlah pada India, Korsel dan Yugoslavia?

Selamat ulang tahun PDI Perjuangan

Suasana kemeriahan masa di kampanye PDI Perjuangan.
Foto: Republika
Suasana kemeriahan masa di kampanye PDI Perjuangan.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Hari-hari ini partai terbesar di Indonesia, PDI Perjuangan berulang tahun. Tentu saja kita ulurkan ucapan selamat ulang tahun dengan sepenuh takzim.

Apalagi bagaimanapun partai yang dipimpin Ibu Megawati Soekarnoputri adalah penentu  ‘merah dan putihnya’ Indonesia sebagai bangsa.

Jadi bagaimanapun peran partai berlambang kepala banteng ini sangat mutlak bagi eksistensi bangsa ini di tengah perubahan sosial-politik baik di dalam negeri, kawasan regional, bahkan internasional.

                             ****

Beberapa hari lalu, seorang sahabat yang aktif dalam partai PDI Perjuangan meminta pandangan orang luar terkait soal partainya, terutama keinginan partai ini agar bisa membangkitkan budaya bangsa secara mandiri.

Mendengar permitaan dia, maka ingatan ini langsung tertuju pada peristiwa di mana pendiri partai ini, Bung Karno menjadi presiden di tahún 1960-an.

Saat itu sejarah mencatat betapa kerasnya Bung Karno menggebah anak-anak muda agar jangan terlanda arus budaya asing. Kata beliau yang terkenal dan amat sakti adalah seruan agar anak-anak remaja tidak terlelap pada euforia budaya barat yang dijuluki budaya 'ngak-ngik ngok'.

Bung Karno murka bukan kepalang ketika anak muda berjingrakan ala The Beatles dengan memakai rambut gondrong serta bercelana model tutup botol.

Dan tak tanggung-tanggung, Bung Karno pun mewujudkan sikapnya itu. Kala itu dia majukan musik khas Indonesia, yakni musik keroncong sebagai musik tandingan. Maka keroncong pun popular sekali dan menguasai peta musik Indonesia. Penyanyi yang dijuluki para ‘buaya keroncong’ menguasai jagad hiburan Indonesia. Berbagai jenis dalam musik ini menguasai pasaran.

Tapi putaran sejarah kemudian berkehendak lain. Kekuasaan Bung Karno takluk digantikan Orde Baru. Kini budaya asing (barat) betu-betul menguasai Indonesia. Musik keroncong secara perlahan surut. Bahkan mulai menghilang dan di masa kini seakan hanya menjadi semacam artefak belaka.

Pada saat yang sama, perlahan tapi pasti identitas sosok Indonesia menghilang. Jadilah bangsa ini seakan terombang-ambing tanpa kepribadian. Kata jati diri budaya seperti terbuang ke laut luas yang sunyi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement