REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Kantor Pencarian dan Pertolongan Bandung menyampaikan pergerakan tanah di lokasi bencana tanah longsor kawasan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, masih terjadi. Kondisi itu menjadi kendala saat proses pencarian korban di lokasi itu.
"Ini (pergerakan) kendala yang kita hadapi, ketika ada pergerakan tanah sedikit, langsung pencarian dihentikan sementara," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Bandung Deden Ridwansyah di lokasi longsor Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Senin (11/1).
Ia menuturkan hari ketiga pencarian ini tim gabungan berusaha untuk terus mencari korban yang diduga masih tertimbun material longsoran tanah. Selama proses pencarian, kata dia, petugas di lapangan tetap meningkatkan kewaspadaan dan hati-hati karena potensi pergerakan tanah masih terjadi di daerah itu.
"Jangan sampai ada longsoran susulan, jangan sampai petugas terancam keselamatannya," kata Deden.
Ia menyampaikan pihaknya memasang alat pendeteksi peringatan dini pergerakan tanah sekaligus menyiagakan petugas untuk memantau langsung dan memberitahukan kepada petugas apabila ada potensi pergerakan. Petugas di lapangan, lanjut dia, bekerja 24 jam menggunakan peralatan khusus seperti ekskavator untuk memudahkan pencarian korban yang saat ini masih hilang di lokasi longsor.
"Kita akan maksimalkan bekerja 24 jam," katanya.
Tim gabungan telah melakukan pencarian terhadap korban yang tertimbun longsor di wilayah Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung dengan hasil pencarian sebanyak 13 orang meninggal dunia, 25 orang selamat terdiri dari tiga orang ditemukan selamat, dan 21 orang menyelamatkan diri. Dalam pencarian sebanyak 27 orang dengan rincian enam orang sesuai data awal dan penambahan 21 orang sesuai dengan laporan masyarakat ke posko.
Sebelumnya bencana tanah longsor itu terjadi setelah hujan mengguyur wilayah itu, Sabtu (9/1) sore menimbun rumah warga, kemudian beberapa jam kemudian terjadi longsor susulan.