REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Puluhan siswa menggelar protes duduk di luar sekolahnya di Roma tengah pada Senin (11/1). Mereka mendesak pemerintah untuk membuka kembali sektor pendidikan di seluruh negeri, setelah sebagian besar dari 20 wilayah memperpanjang karantina wilayah untuk menahan meningkatnya infeksi Covid-19.
Sekolah-sekolah Italia dibuka kembali pada pertengahan September, setelah berhenti enam bulan. Namun, pelajaran tatap muka di sekolah menengah di seluruh negeri secara bertahap ditangguhkan lagi sebulan kemudian, karena lonjakan kasus baru.
“Sekolah itu penting. Kami meminta untuk kembali dengan aman ke kegiatan tatap muka,” kata siswa Emanuele Santori selama demonstrasi di Roma, di luar sekolah Cavour, dilansir dari Reuters.
Pada pekan lalu, pemerintah mengatakan sekolah menengah dapat memulai kembali dengan kapasitas 50 persen per 11 Januari, tetapi hanya empat daerah yang telah dibuka kembali. Sebagian besar kepala daerah mengatakan masih terlalu dini dan memerintahkan agar kembali ke menunda kelas tatap muka beberapa minggu. Kepala daerah dapat membatalkan perintah pemerintah pusat tentang masalah tertentu, termasuk pendidikan.
“Saya telah melakukan semua yang saya bisa lakukan, sekolah siap untuk memulai tetapi daerah memiliki kemampuan untuk membukanya kembali atau tidak,” kata Menteri Pendidikan Lucia Azzolina.
Menurut dia, pembelajaran jarak jauh tidak berfungsi lagi. Italia, negara Barat pertama yang terkena Covid-19, telah melaporkan lebih dari 78.700 kematian terkait virus corona sejak Februari. Jumlah itu merupakan korban tertinggi kedua di Eropa, setelah Inggris dan tertinggi keenam di dunia.
Setelah liburan Natal, Italia kembali ke sistem tiga tingkat yang memungkinkan tindakan berbeda diterapkan ke berbagai wilayah sesuai dengan tingkat infeksi.
“Menghubungkan sekolah yang dibuka kembali dengan sistem zona atau keinginan gubernur daerah membuat setiap keputusan tidak stabil. Sebagai orang tua, guru, dan warga negara, kami lelah,” kata komite orang tua.