Selasa 12 Jan 2021 02:38 WIB

Diet Mediterania Masih Dianggap Terbaik, Ini Alasannya

Diet Mediterania menunjukkan korelasi dengan penurunan risiko penyakit

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pola makan ala diet Mediterania mengandung banyak sayur dan buah.
Foto: Wikimedia
Pola makan ala diet Mediterania mengandung banyak sayur dan buah.

REPUBLIKA.CO.ID, AKARTA -- Tahun baru, lalu melakukan perubahan gaya hidup, cobalah jalani diet Mediterania. Menurut peringkat tahunan U.S. News & World Report, selama empat tahun berturut-turut, diet Mediterania terus dinobatkan sebagai diet terbaik dari seluruh diet yang pernah ada.

Diet Mediterania, yang secara konsisten didukung oleh penelitian, menunjukkan korelasi dengan penurunan risiko penyakit, juga menempati posisi pertama untuk diet terbaik dengan makan sehat, diet termudah untuk diikuti, diet terbaik untuk diabetes, diet nabati terbaik, dan diet jantung sehat terbaik.

Diet ini menganjurkan makanan sehat jantung yang biasanya dimakan di Mediterania. Diet ini memandu orang untuk makan banyak tumbuhan dan makanan yang rendah kolesterol jahat, seperti kacang-kacangan, gandum, buah-buahan, dan sayuran. Misalnya, dalam diet ini, kita mengganti mentega lemak sehat dengan minyak zaitun, garam dengan bumbu dan rempah-rempah, dan daging merah dengan ikan atau unggas.

Dalam salah satu studi terbesar dan terpanjang yang melihat efek diet terhadap bakteri usus, yang diterbitkan pada Februari 2020 oleh British Medical Journal Gut, penelitian telah menemukan diet Mediterania dapat memiliki efek positif, walau hanya dilakukan dalam satu tahun untuk orang dewasa dengan usia lebih tua. Diet ini mengurangi yang ‘buruk’ dan meningkatkan yang ‘baik’.

Selain diet Mediterania, diet terbaik di posisi kedua adalah diet DASH dan Flexitarian. Diet DASH, kependekan dari Dietary Approaches to Stop Hypertension, rencana yang didukung pemerintah yang bertujuan membantu mereka menurunkan tekanan darah mereka. Sementara diet Flexitarian adalah diet vegetarian yang dimodifikasi dimana pengguna memakan produk hewani dalam jumlah sedang.

"Tidak jarang selama periode stres, orang akan mencari makanan lebih tinggi gula dan lemak (karena makanan itu menenangkan)," kata ahli diet dan instruktur di Departemen Kesehatan dan Aktivitas Fisik di Universitas Pittsburgh, Carli Liguori.

Dr. David Katz, salah satu panelis yang mempertimbangkan diet ini mengatakan dalam sebuah pernyataan, mungkin Covid-19 telah membuat orang mengesampingkan masalah kesehatan selama setahun terakhir ini. Akan tetapi penting untuk diingat, menjaga pola makan yang sehat tidak hanya mempengaruhi segala sesuatu tentang kesehatan kita seumur hidup, tetapi itu sangat mempengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh, dan memberikan pengaruh yang sangat besar pada faktor risiko yang terkait dengan Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement