REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ibrahim adalah nabi ke-6 dalam Islam dan Ia bergelar Khalilullah (Kesayangan Allah SWT). Hal ini termaktub dalam QS An-Nisaa’ ayat 125:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا "Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya."
Ketika berada di Bait al-Maqdis, Ibrahim berdakwah kepada kaumnya agar menyembah Allah SWT di tengah masyarakat yang saat itu menyembah patung berhala.
Patung berhala tersebut diproduksi ayahnya sendiri yaitu Azar. Masyarakat memiliki bermacam-macam patung untuk disembah, di antaranya patung personifikasi rasi bintang-bintang di langit.
Keadaan seperti inilah yang menyemangati beliau mengajak kaumnya agar bertauhid kepada Allah SWT. Tetapi kaumnya tetap membangkang dan terus menyembah patung-patung yang diciptakan sendiri, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-Anbiya ayat 52:
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَٰذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ "(ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (QS Al-Anbiya: 52).
Tatkala Ibrahim mempertanyakan itu kepada kaumnya, tidak ada yang bisa menjawab. Mereka terus dan tetap menyembah berhala karena itu sudah menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka. Inilah yang diabadikan dalam firman Allah SWT: