REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Aktivitas Gunung Merapi yang meningkat beberapa hari terakhir menjadikan jumlah pengungsi meningkat tajam. Jumlah pengungsi di Tempat Penampungan Pengungsi Sementara (TPPS) Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali tercatat 241 orang setelah sebelumnya jumlah pengungsi terus menurun di akhir Desember 2020.
Peningkatan jumlah pengungsi tersebut diikuti dengan kebutuhan logistik yang juga makin meningkat. ACT Solo bersama relawan MRI segera mengirimkan bantuan logistik ke Posko Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) yang berada di Gedung Kecamatan Selo, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali pada Senin (11/1). Posko tersebut merupakan posko induk yang menyalurkan logistik untuk tiga posko lainnya yakni di Klakah, Jrakah, dan Tlogolele.
Tim ACT bersama MRI juga meninjau jalur di sekitar TPPS Desa Tlogolele yang sehari sebelumnya sempat terjadi musibah longsor akibat hujan deras pada Ahad (10/1).
Koordinator Program ACT Solo, Ardiyan Sapto menyampaikan, ACT terus memantau kondisi Merapi dan berkoordinasi dengan relawan yang lain agar bisa lebih optimal dalam memberikan bantuan kepada para pengungsi.
"Secara berkala kami terus mengirimkan bantuan logistik dan bantuan lainnya sesuai kebutuhan yang ada di posko. Selain itu kami juga menyiapkan tim relawan yang akan stand by berjaga bersama relawan yang lain," jelas Ardiyan seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (12/1).
Sementara itu, Kepala TPPS Tlogolele, Neigen Achtah Nur Edy Saputra menyampaikan kondisi terkini di TPPS Tlogolele. Menurutnya, pengungsi di posko Tlogolele memang meningkat sejak aktivitas Merapi semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir.
"Alhamdulillah kondisi masyarakat dalam kondisi sehat, sedangkan kebutuhan untuk sembako sepekan ke depan aman. Logistik yang dibutuhkan oleh para pengungsi yang masih kurang saat ini adalah kebutuhan harian seperti sabun untuk mandi, mencuci, makanan balita dan anak-anak, serta gula, teh, dan kopi," ungkap Neigen.