REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo berencana menggunakan kewenangannya untuk secara terbuka menuduh Iran memiliki hubungan dengan Alqaidah. Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, langkah ini adalah bagian dari serangan di menit-menit terakhirnya terhadap Iran sebelum menyerahkan pemerintahan kepada Joe Biden.
Dengan hanya delapan hari tersisa bagi Presiden Donald Trump, Pompeo diharapkan menawarkan rincian tentang tuduhan Iran telah memberikan tempat yang aman bagi para pemimpin Alqaidah beserta data yang menguatkan bahwa Iran mendukung kelompok tersebut. Meskipun ada beberapa skeptisisme dalam komunitas intelijen dan Kongres.
Hingga kini, belum jelas berapa banyak yang ingin dilakukan Pompeo di akhir masa jabatannya yang diungkapkan dalam pidatonya di National Press Club di Washington, Selasa (12/1). Tapi Pompeo mengutip informasi tentang pembunuhan tersangka orang kedua Alqaidah di Teheran, Iran pada Agustus lalu.
The New York Times melaporkan pada November bahwa Abu Muhammad Al-Masri, yang dituduh membantu mendalangi pengeboman 1998 di dua kedutaan besar AS di Afrika, ditembak mati oleh operasi Israel di Iran. Iran membantah laporan itu, dengan mengatakan tidak ada teroris Alqaidah di wilayahnya.
Iran telah menjadi target di sepanjang pemerintahan Trump. Pompeo berusaha untuk lebih meningkatkan tekanan terhadap Iran dalam beberapa pekan terakhir, dengan lebih banyak sanksi dan retorika yang semakin memanaskan suasana.