REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak empat korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ-182 teridentifikasi dengan pencocokan sidik jari. Sidik jari disebut cara tercepat dalam mengidentifikasi jenazah. Sementara penggunaan sampel DNA disebut memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu.
"Penggunaan DNA nanti merupakan jalan terakhir yang digunakan oleh tim DVI untuk mengidentifikasi korban," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Rusdi Hartono, di RS Kepolisian Indonesia dr Soekanto, Jakarta, Selasa (12/1).
Secara terpisah, Kepala Pusat Inafis Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Hudi Suryanto, menuturkan mengidentifikasi jenazah memang paling cepat dengan sidik jari. Sehingga, apabila dimungkinkan metode itu lebih dulu digunakan.
Jika hasil tes DNA keluar nanti dengan hasil yang sama dengan pencocokan sidik jari, kata dia, maka semakin menguatkan identifikasi jenazah yang dilakukan.
Sementara dalam pencocokan sidik jari jenazah dan data KTP elektronik, dia mengatakan mereka juga merekonsiliasi dengan mencocokan properti yang dibawa korban maupun data ante mortem lain.
Sebanyak tiga korban kembali teridentifikasi dari empat kantong jenazah yang diterima RS Polri, Selasa (12/1). Ketiganya adalah kopilot Fadly Satrianto dan dua penumpang bernama Khazanah dan Ash Habul Yamin.
Korban teridentifikasi dari sidik jari yang dicocokkan dengan data dari e-KTP. Sehari sebelumnya jenazah seorang kru pesawat bernama Okky Bisma pun teridentifikasi dari sidik jari.
Mereka adalah korban pesawat Sriwijaya Air nomor registrasi PK-CLC dan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang sempat hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB. Pesawat kemudian diketahui jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.