REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Anhar Riza Antariksawan mengatakan rata-rata varietas kedelai unggul yang diciptakan Batan memiliki protein yang lebih tinggi. Selain itu, kedelai juga mengandung lemak yang lebih rendah dibanding kedelai impor.
"Kedelai Batan lebih tinggi protein dibanding kedelai impor," kata Anhar dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Rabu (13/1).
Dari hasil penelitian, Anhar menuturkan rata-rata kandungan protein dari varietas kedelai Batan yang sebesar 39,82 persen lebih tinggi dibandingkan kedelai impor yang sebesar 37,1 persen. Rata-rata kandungan lemak kedelai Batan sedikit lebih rendah, yakni 17,61 persen, dibandingkan kedelai impor yang sebesar 19,41 persen.
Anhar menuturkan, hingga saat ini ada 14 varietas kedelai unggul yang telah dikembangkan Batan. Di antaranya, Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, Mitani, Mutiara 1, Mutiara 2, Mutiara 3, Gamasugen 1, Gamasugen 2, Kemuning 1, Kemuning 2, Sugentan 1, dan Sugentan 2.
Khusus untuk Sugentan 1 dan Sugentan, sambung dia, saat ini sedang menunggu Surat Keputusan Menteri Pertanian. Dua varietas kedelai unggul yang baru itu sudah mendapatkan rekomendasi calon varietas tanaman pangan sebagai varietas unggul dari Tim Penilai Varietas Tanaman Pangan pada Desember 2020.
Kandungan protein di kedelai Kemuning 1 sebesar 39,4 persen, sementara kandungan lemaknya sebesar 15,89 persen. Di kedelai Mutiara 1, kandungan protein sebesar 37,7 persen dan kandungan lemak sebesar 13,8 persen.
Di kedelai Mitani, kandungan protein sebesar 42,56 persen dan kandungan lemak sebesar 20,8 persen. Anhar pun mendorong untuk menggunakan kedelai lokal dari varietas unggul yang tentunya jauh lebih segar, sehat dan enak.
"Dengan keunggulan pada varietas kedelai tersebut, petani di Indonesia semakin tertarik menanamnya dalam rangka meningkatkan pendapatan para petani dan mendukung upaya swasembada kedelai di Indonesia," kata Anhar.